Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlibat Bunuh 5.232 Yahudi di Kamp Nazi Jerman, Kakek 93 Tahun Ini Beberkan Kisahnya

Kompas.com - 24/07/2020, 15:23 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

BERLIN, KOMPAS.com - Seorang kakek berusia 93 tahun dinyatakan bersalah karena terlibat dalam pembunuhan yang terjadi antara Agustus 1944 sampai April 1945.

Bruno Dey, eks penjaga kamp konsentrasi Nazi Jerman menyadari kehadirannya di kamp namun berpendapat bahwa dirinya tidak bersalah.

Pengadilan di Hamburg, Jerman pada Kamis (23/7/2020) menyatakan seorang kakek berusia 93 tahun bersalah karena telah terlibat dalam pembunuhan 5.232 tahanan, kebanyakan tahanan adalah Yahudi di kamp konsentrasi Nazi saat Perang Dunia II.

Bruno Dey dijatuhi suspended prison (penangguhan penjara) selama 2 tahun oleh pengadilan di kota Hamburg.

Dey mendapat mandat untuk mengelola kamp konsentrasi di Stutthof ketika Nazi Jerman menyerang dan menduduki Polandia saat Perang Dunia II.

Baca juga: Eks Penjaga Kamp Konsentrasi Nazi Terbukti Bunuh 5.000 Tahanan di Usia 93 Tahun

Dey awalnya diadili di pengadilan anak-anak karena usianya masih 17 tahun, dengan perbuatannya yang terjadi antara Agustus 1944 dan April 1945.

Selama persidangan berdurasi 9 bulan, dia mendengarkan keterangan para korban, dan bersikukuh tak terlibat dalam pembunuhan massal.

Dalam pernyataan terakhirnya, Dey mengaku "terguncang" atas kesaksian penyintas, dan meminta maaf bagi siapa pun yang "lolos dari neraka kegilaan" itu.

"Hari ini, saya ingin meminta maaf kepada semua orang yang telah melalui seluruh neraka kegilaan ini," ujar Dey dikutip Firstpost.

Meski begitu, Dey menyatakan bahwa dia sama sekali tidak mengetahui "seberapa parah" Kamp Stutthof hingga persidangan digelar.

Saat memutus Dey bersalah, hakim mengapresiasi karena Dey bersedia terus hadir sepanjang sidang. Tapi menyoroti penolakan keterlibatannya.

Baca juga: Berusia 95 Tahun, Eks Penjaga Kamp Konsentrasi Dideportasi dari AS

Cerita Dey saat bertugas menjaga kamp konsentrasi Nazi Jerman

Dey menceritakan tentang tugasnya menjaga kamp konsentrasi Nazi secara menyeluruh dalam pernyataannya kepada tim penyelidik.

Dia mengatakan, karena dianggap tidak sesuai berperang di Angkatan Jerman pada 1944 dia dikirim ke Garda Detasemen SS untuk sebuah kamp di dekat Danzig, kini kota Gdansk, Polandia.

Awalnya, beberapa titik lokasi untuk Yahudi dan non-Yahudi dipindah dari Danzig, Stutthof sekitar tahun 1940 untuk "Pendidikan Kerja Kamp" yang memaksa para pekerjanya (kebanyakan orang Polandia dan warga Soviet) untuk menjalani masa hukuman dan seringkali mati.

Tahanan lainnya berasal dari kalangan politisi, orang yang dituduh berbuat kriminal, orang yang diduga melakukan aktivitas homoseksual dan Saksi Yehova.

Dari pertengahan 1944 sampai Dey ditempatkan di sana, puluhan ribu orang Yahudi dari tempat kumuh di Baltik dan dari Auschwitz memenuhi kamp bersamaan dengan ribuan warga Polandia yang 'tersapu bersih' oleh Nazi Jerman dalam pemberontakan Warsaw.

Baca juga: Demonstran Bugil Bunuh Domba di Bekas Kamp Konsentrasi Nazi

Lebih dari 60.000 orang dibunuh dengan suntikan bensin dan fenol, ditembak atau dibiarkan kelaparan.

Lainnya dibiarkan berada di luar saat musim dingin tanpa pakaian sampai mereka mati beku atau mati di dalam ruang gas.

Sebagai penjaga di Stutthof dia mengatakan sering secara langsung melihat para pekerja paksa sedang bekerja di luar kamp.

Dey juga mengaku sering mendengar jeritan menyedihkan dari dalam ruang gas dan melihat banyak mayat dibakar.

"Potret-potret penderitaan dan kengerian telah menghantui sepanjang hidup saya," ujar Dey dalam kesaksiannya.

Namun, dia menegaskan bahwa dirinya tidak pernah sekali pun menembakkan senjata. Dia bahkan pernah sekali waktu mengizinkan sekelompok pekerja menyelundupkan daging kuda yang mati yang mereka temukan kembali ke dalam kamp.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com