Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konspirasi QAnon, Akankah Berdampak pada Pemilu Presiden AS?

Kompas.com - 23/07/2020, 14:22 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber BBC

KOMPAS.com - Dihapusnya 7.000 akun terkait QAnon oleh Twitter menuai banyak pertanyaan, apa sebenarnya QAnon dan apakah banyak orang yang mempercayainya?

Sebagaimana dilansir BBC, QAnon adalah teori konspirasi yang banyak cabang serta kabar simpang siurnya.

Intinya, Presiden AS Donald Trump mengobarkan perang rahasia melawan para paedofil pemuja elit Setan di pemerintahan, bisnis dan media.

QAnon percaya bahwa orang berspekulasi pertarungan itu akan mengarah pada hari pembalasan di mana orang-orang terkemuka seperti Hillary Clinton akan ditangkap dan dieksekusi.

Kenyataannya, ribuan orang percaya QAnon. Jumlah pergerakan ke situs jejaring sosial arus utama seperti Facebook, Twitter, Reddit dan YouTube telah meledak sejak 2017 silam dan angkanya meningkat di tengah pandemi virus corona.

Baca juga: Twitter Blokir QAnon, Siapa Mereka?

Jika dilihat dari media sosial, ada ratusan ribu orang percaya pada setidaknya beberapa teori aneh yang ditawarkan oleh QAnon.

Popularitas QAnon juga belum berkurang meski banyak peristiwa telah menyanggah teori konspirasi mereka.

Misalnya, Q drop, istilah lain untuk QAnon, awalnya berfokus pada penyelidikan oleh Jaksa khusus Robert Mueller.

Pendukung QAnon mengklaim bahwa penyelidikan Mueller terhadap campur tangan Rusia dalam pemilu AS 2016 silam benar-benar merupakan cover story yang rumit untuk penyelidikan paedofil.

Ketika itu berakhir tanpa pemberitahuan, perhatian terhadap teori konspirasi melayang ke tema lain.

Para penganut radikal QAnon berpendapat bahwa informasi yang sengaja disebarkan ke dalam pesan 'Q' dalam pikiran mereka membuat teori konspirasi mustahil untuk dibantah.

Baca juga: Konsulat Beijing di Houston Ditutup, Media China: Trump Ingin Salahkan Beijing

Apa dampak QAnon?

Pendukung QAnon menggerakkan tagar dan mengoordinasi pelecehan terhadap musuh yang mereka, kalangan para politisi, selebritas dan jurnalis yang diyakini sedang melindungi para paedofil.

Tidak hanya mengancam pesan online, Twitter memutuskan untuk mengambil tindakan terhadap QAnon karena potensi 'gangguan offline'.

Beberapa orang yang percaya QAnon telah ditangkap setelah melakukan ancaman atau mengambil tindakan offline.

Dalam satu kasus penting pada 2018, seorang pria bersenjata berat memblokir jembatan di atas Bendungan Hoover. Pria itu bernama Matthew Wright yang kemudian mengaku bersalah atas tuduhan terorisme.

Baca juga: Trump: Sangat Mungkin Menutup Konsulat China Lainnya di AS

 

Halaman:
Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com