Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berwarna Pelangi, Es Krim Rusia Jadi Sumber Perdebatan 'Propaganda Gay'

Kompas.com - 09/07/2020, 07:00 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com - Seorang pembuat es krim di Rusia dituding mempromosikan homoseksualitas setelah membuat es krim berwarna pelangi, demikian halnya dengan warna pada kemasan es krim itu.

Kepala Persatuan Wanita Rusia, Yekaterina Lakhova, mengatakan gambar tersebut merupakan "propaganda" untuk hubungan gay dan lesbian.

Hal itu dia utarakan dalam konferensi video dengan Presiden Vladimir Putin.

"Mereka secara diam-diam mempromosikan warna pelangi yang indah ini, menggunakan kata-kata yang indah, mereka mengiklankan produk es krim bernama Pelangi," ujar Yekaterina Lakhova, yang juga mantan anggota parlemen.

Lakhova menambahkan, hal itu berpotensi membuat anak-anak Rusia lebih bisa menerima bendera pelangi yang digunakan oleh komunitas LGBTQ.

Di Rusia, homoseksualitas tidak lagi menjadi tindakan kriminal sejak 1993, namun demikian mereka yang dianggap mempromosikan "perilaku homoseksual di bawah umur" menghadapi ancaman denda hingga 500.000 rubel atau setara Rp 101 juta.

Lebih lanjut Lakhova mendesak Putin agar mempertahankan apa yang disebut oleh orang-orang konservatif di Rusia sebagai "nilai-nilai tradisional",

Itu termasuk definisi pernikahan sebagai persatuan antara seorang pria dan perempuan, yang akan diabadikan dalam Konstitusi Rusia, setelah pemungutan suara baru-baru ini - yang juga membuka jalan bagi Putin untuk memimpin Rusia dua masa jabatan lagi.

Dalam wawancara lanjutan, Lakhova mengatakan: "Saya tidak suka pelangi, sama seperti saya tidak suka swastika."

Baca juga: Presiden Putin Ejek Bendera Pelangi yang Dikibarkan di Kedutaan AS

'Propaganda' LGBT

Menanggapi pernyataan Lakhova, Presiden Putin mengatakan: "Jika ada alasan untuk percaya bahwa ini adalah propaganda untuk nilai-nilai yang tidak tradisional bagi kita, maka ... itu harus dikelola oleh masyarakat, tetapi tidak secara agresif."

Dia mengatakan dia tidak keberatan dengan homoseksualitas, tapi terhadap "propaganda" tentangnya.

Dalam pertemuan sama, Presiden Putin mengkritisi Kedutaan Amerika Serikat di Moskow yang memajang bendera pelangi baru-baru ini, mengatakan bahwa simbol itu mengatakan "sesuatu tentang mereka yang bekerja di sana".

Homofobia tersebar luas di Rusia dan, setelah bendera itu dipajang, aktivis konservatif menempatkan bendera serupa di trotoar di luar kedutaan AS agar orang yang lewat dapat menyeka kaki mereka di bendera itu.

Pihak berwenang di Rusia dituding mentolerir pelecehan anti-gay, dan ada tuduhan pembersihan yang sangat kejam di wilayah Kaukasus Utara Chechnya.

Baca juga: Resmi Pimpin Rusia sampai 2036, Putin Tanda Tangani Perintah Eksekutif

Pelangi 'bukan bendera'

Pembuat es krim yang terlibat dalam perdebatan tentang propaganda gay itu mengatakan, pelangi pada kemasannya tidak ada hubungannya dengan hak LGBT.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Taliban Berlakukan Kembali Hukuman Rajam Perempuan Berzina, Digelar di Depan Umum Sampai Mati

Taliban Berlakukan Kembali Hukuman Rajam Perempuan Berzina, Digelar di Depan Umum Sampai Mati

Global
Jubir Gedung Putih Analogikan Rusia Seperti Penjual Pupuk Kandang, Apa Maksudnya?

Jubir Gedung Putih Analogikan Rusia Seperti Penjual Pupuk Kandang, Apa Maksudnya?

Global
Perancis Setujui RUU Larangan Diskriminasi Berdasarkan Gaya Rambut

Perancis Setujui RUU Larangan Diskriminasi Berdasarkan Gaya Rambut

Global
Giliran Jepang Akan Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Giliran Jepang Akan Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Global
Pemukim Yahudi Incar Tanah di Tepi Pantai Gaza: Ini Tuhan Berikan kepada Kami

Pemukim Yahudi Incar Tanah di Tepi Pantai Gaza: Ini Tuhan Berikan kepada Kami

Global
Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Global
Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Global
Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Global
Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Global
Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Global
Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Global
Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Global
[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

Global
Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Global
Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com