Tagar "#abolish112" juga dicuitkan lebih dari 450.000 kali. Ini mengacu ke Pasal 113 di hukum pidana Thailand yang menyatakan: “Siapapun yang mencemarkan nama baik, menghina atau mengancam Raja, Ratu, Pewaris Tahta atau Wali akan dihukum penjara tiga sampai 15 tahun”.
Banyak pembangkang yang hilang dituduh melanggar pasal itu.
Banyak pegiat yakin penculikan ini terkait dengan istana, tetapi hukum yang ketat terkait komentar negatif terhadap monarki membuat kaitan ini terlalu bahaya untuk diselidiki.
Juru bicara pemerintah Thailand Narumon Pinyosinwat mengatakan kepada BBC: "Kami tak tahu apa yang terjadi padanya.
“Kami tak melakukan apa-apa terkait menginvasi ke negara lain. Mereka punya hukum dan aturan sendiri,” katanya.
“Yang bisa menjawab adalah pemerintah Kamboja karena mereka tahu apa yang terjadi di negara itu terhadap orang ini”.
Baca juga: Bagaimana Kondisi Pariwisata di Kamboja Saat Pandemi Covid-19?
Menjawab pertanyaan oposisi di parlemen, Menteri Luar Negeri Thailand, Don Pramudwinai, mengatakan Wanchalearm tidak punya status suaka politik, maka Thailand harus menunggu Kamboja menyelesaikan penyelidikan mereka.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Kamboja tidak menjawab permintaan untuk berkomentar.
Juru bicara kementerian Kehakiman berkata kepada Voice of Democracy pekan lalu bahwa penyelidikan sedang dilakukan untuk memastikan “apakah berita ini benar atau tidak”.
Brad Adams, Direktur Asia Human Rights Watch mengatakan: "Kamboja dan Laos jelas telah memalingkan muka karena kini ada Sembilan eksil Thailand yang diculik dan kemungkinan dibunuh oleh orang-orang tak dikenal."
Pemerintah Thailand mengejar “imbal beli” dengan dua negara tetangga, kata Adams, menuduh Bangkok membuat Thailand tidak bisa dimasuki oleh tokoh oposisi Kamboja.
Sunai Phasuk mengatakan Kamboja harus sepenuhnya menyelidiki apa yang terjadi dengan Wanchalearm jika mereka ingin dipandang sebagai negara yang "telah berkembang dari masyarakat tanpa hukum menuju negara hukum".
“Kejahatan seperti ini tak boleh terjadi di siang hari bolong. Ini ujian buat Kamboja,” katanya.
Namun Sitanan masih punya sedikit harapan bisa melihat Wanchalearm dalam keadaan hidup, dan sedang berupaya memahami mengapa orang berniat membunuh adiknya itu.
“Saya ingin tahu, kalau seseorang punya pendapat, apakah ia harus dihukum keras?” katanya.
“Ia tidak merampok siapapun, tidak memperkosa. Ia hanya berpikir dengan cara berbeda. Perlukah membunuhnya?”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.