Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komedian Kritis Thailand Diculik di Tengah Hari Bolong di Kamboja

Kompas.com - 05/07/2020, 15:10 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

Tagar "#abolish112" juga dicuitkan lebih dari 450.000 kali. Ini mengacu ke Pasal 113 di hukum pidana Thailand yang menyatakan: “Siapapun yang mencemarkan nama baik, menghina atau mengancam Raja, Ratu, Pewaris Tahta atau Wali akan dihukum penjara tiga sampai 15 tahun”.

Banyak pembangkang yang hilang dituduh melanggar pasal itu.

Banyak pegiat yakin penculikan ini terkait dengan istana, tetapi hukum yang ketat terkait komentar negatif terhadap monarki membuat kaitan ini terlalu bahaya untuk diselidiki.

Juru bicara pemerintah Thailand Narumon Pinyosinwat mengatakan kepada BBC: "Kami tak tahu apa yang terjadi padanya.

“Kami tak melakukan apa-apa terkait menginvasi ke negara lain. Mereka punya hukum dan aturan sendiri,” katanya.

“Yang bisa menjawab adalah pemerintah Kamboja karena mereka tahu apa yang terjadi di negara itu terhadap orang ini”.

Baca juga: Bagaimana Kondisi Pariwisata di Kamboja Saat Pandemi Covid-19?

Menjawab pertanyaan oposisi di parlemen, Menteri Luar Negeri Thailand, Don Pramudwinai, mengatakan Wanchalearm tidak punya status suaka politik, maka Thailand harus menunggu Kamboja menyelesaikan penyelidikan mereka.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Kamboja tidak menjawab permintaan untuk berkomentar.

Juru bicara kementerian Kehakiman berkata kepada Voice of Democracy pekan lalu bahwa penyelidikan sedang dilakukan untuk memastikan “apakah berita ini benar atau tidak”.

Brad Adams, Direktur Asia Human Rights Watch mengatakan: "Kamboja dan Laos jelas telah memalingkan muka karena kini ada Sembilan eksil Thailand yang diculik dan kemungkinan dibunuh oleh orang-orang tak dikenal."

Pemerintah Thailand mengejar “imbal beli” dengan dua negara tetangga, kata Adams, menuduh Bangkok membuat Thailand tidak bisa dimasuki oleh tokoh oposisi Kamboja.

Sunai Phasuk mengatakan Kamboja harus sepenuhnya menyelidiki apa yang terjadi dengan Wanchalearm jika mereka ingin dipandang sebagai negara yang "telah berkembang dari masyarakat tanpa hukum menuju negara hukum".

“Kejahatan seperti ini tak boleh terjadi di siang hari bolong. Ini ujian buat Kamboja,” katanya.

Namun Sitanan masih punya sedikit harapan bisa melihat Wanchalearm dalam keadaan hidup, dan sedang berupaya memahami mengapa orang berniat membunuh adiknya itu.

“Saya ingin tahu, kalau seseorang punya pendapat, apakah ia harus dihukum keras?” katanya.

“Ia tidak merampok siapapun, tidak memperkosa. Ia hanya berpikir dengan cara berbeda. Perlukah membunuhnya?”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Peneliti Eropa: Lirik Lagu Masa Kini Lebih Marah dan Terobsesi pada Diri Sendiri

Peneliti Eropa: Lirik Lagu Masa Kini Lebih Marah dan Terobsesi pada Diri Sendiri

Global
Dokter yang Kunjungi RS Gaza Tercengang, Kondisi Anak-anak Palestina Begitu Miris

Dokter yang Kunjungi RS Gaza Tercengang, Kondisi Anak-anak Palestina Begitu Miris

Global
Nasib Pencuri Buku Harian Putri Joe Biden, Terancam Masuk Bui

Nasib Pencuri Buku Harian Putri Joe Biden, Terancam Masuk Bui

Global
Taliban Berlakukan Kembali Hukuman Rajam Perempuan Berzina, Digelar di Depan Umum Sampai Mati

Taliban Berlakukan Kembali Hukuman Rajam Perempuan Berzina, Digelar di Depan Umum Sampai Mati

Global
Jubir Gedung Putih Analogikan Rusia Seperti Penjual Pupuk Kandang, Apa Maksudnya?

Jubir Gedung Putih Analogikan Rusia Seperti Penjual Pupuk Kandang, Apa Maksudnya?

Global
Perancis Setujui RUU Larangan Diskriminasi Berdasarkan Gaya Rambut

Perancis Setujui RUU Larangan Diskriminasi Berdasarkan Gaya Rambut

Global
Giliran Jepang Akan Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Giliran Jepang Akan Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Global
Pemukim Yahudi Incar Tanah di Tepi Pantai Gaza: Ini Tuhan Berikan kepada Kami

Pemukim Yahudi Incar Tanah di Tepi Pantai Gaza: Ini Tuhan Berikan kepada Kami

Global
Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Global
Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Global
Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Global
Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Global
Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Global
Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Global
Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com