Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para "Tabib" Ini Lindungi Desa India dari Virus Corona

Kompas.com - 05/07/2020, 11:23 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

NEW DELHI, KOMPAS.com - Ketika sekelompok warga di negara bagian Bengal Barat baru-baru ini berkukuh akan mengadakan salat berjamaah di masjid lokal mereka kendati melanggar aturan penjarakan sosial di tengah pandemi virus corona, Mohammed Nizamuddin pun beraksi.

Untungnya, warga percaya pada Nizamuddin. Mereka memanggil pria berusia 54 tahun itu "dokter" dan mengunjunginya untuk mendapatkan perawatan dan obat bila mereka merasa sakit.

Tapi Nizamuddin tidak punya ijazah dokter.

Baca juga: Tidak Mendapat Perawatan Medis, Tabib Suku Amazon Obati Pasien Covid-19 dengan Resep Tradisional Nenek Moyang

Dia adalah salah satu dari sekitar 100.000 tenaga kesehatan informal di negara bagian itu. Para dokter tanpa kualifikasi ini menyediakan layanan kesehatan pertama di puluhan ribu desa di India.

Seringkali dijuluki sebagai "tabib", tenaga kesehatan informal biasanya laki-laki berusia 40 tahunan, pernah menjadi pembantu dokter berkualifikasi selama sepuluh tahun atau lebih sebelum membuka klinik mereka sendiri di desa. Di daerah pedalaman India, tempat layanan kesehatan sangat terbatas, jumlah mereka lebih banyak dari dokter.

Mereka menyediakan berbagai jenis perawatan medis kecuali operasi - meski mereka bisa memberi suntikan vaksin dan menjahit luka - dan merujuk pasien ke rumah sakit, bila si pasien merasa perlu perawatan lebih. Beberapa negara bagian seperti Bengal Barat telah melatih ribuan tenaga kesehatan informal seperti ini.

Pekerjaan mereka mirip dengan "tenaga kesehatan non-dokter" di Afrika - sebagian besar layanan kesehatan pedesaan di Kenya, misalnya, dilakukan oleh perawat dan petugas kesehatan. Mereka juga diizinkan untuk membuat resep untuk berbagai jenis obat.

Baca juga: Kisah Tuan Anoak Langia Tabib Suku Rejang, Semua Sakit Bisa Disembuhkan Kecuali Rindu

Di kampungnya di distrik Birbhum, Nizamuddin membujuk tetangganya agar tidak salat berjamaah di masjid.

"Ada banyak tekanan. Saya jelaskan mengapa ini bisa membahayakan kesehatan masyarakat. Mereka mendengarkan, dan akhirnya memutuskan untuk membuat jamaah yang lebih kecil di sejumlah tempat terbuka," kata Nizamuddin.

Ketika karantina wilayah untuk mencegah penyebaran infeksi dimulai pada akhir Maret, Nizamuddin menutup kliniknya yang sempit dan menyatu dengan rumahnya di distrik Birbhum.

Tapi dia terpaksa membukanya kembali setelah tiga hari ketika kebanjiran panggilan dari banyak penduduk desa yang membutuhkan perawatan dan obat.

Baca juga: Terungkap, Wabah Ebola di Afrika Dipicu oleh Pemakaman Seorang Tabib

Subrata Mandal, salah seorang tenaga kesehatan informal yang diandalkan melindungi desa India dari Covid-19 sering membagikan masker dan cairan pembersih kepada yang membutuhkan.BBC News Subrata Mandal, salah seorang tenaga kesehatan informal yang diandalkan melindungi desa India dari Covid-19 sering membagikan masker dan cairan pembersih kepada yang membutuhkan.

Warga desa biasanya datang kepadanya dengan keluhan sakit perut, asma, flu karena penyakit paru, dan luka ringan. Untuk merawat mereka, Nizamuddin menyimpan stok obat-obatan dasar, nebulizer, kain kasa, dan perban.

Di masa pandemi ini, dia juga memeriksa setiap pasien yang datang berobat ke kliniknya untuk gejala influenza dan infeksi saluran nafas.

Jika ada pasien yang menunjukkan gejala, dia memasukkan data kontak mereka pada aplikasi pemantauan Covid-19 di ponselnya. Informasi dalam aplikasi tersebut dikirim ke tenaga kesehatan di ibu kota Kolkata, 200 kilometer jauhnya.

Nizamuddin juga menyuruh semua pasiennya, yang kebanyakan merupakan pekerja ladang, untuk mengenakan masker dan mencuci tangan secara rutin. "Dengan dimulainya musim hujan, saya mendapati banyak pasien flu. Jadi saya harus waspada," ujarnya.

Baca juga: Arti Hilangnya Hutan Bagi Tabib Sepuh dan Kearifan Lokal...

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com