Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi China, Australia Siapkan Bujet Militer Rp 2.700 Triliun

Kompas.com - 02/07/2020, 21:14 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

CANBERRA, KOMPAS.com - Australia mengumumkan strategi pertahanan yang lebih agresif untuk mengantisipasi kebangkitan China. Australia bahkan menyebut tantangan yang akan dihadapi belum pernah terjadi sejak Perang Dunia II.

Pengumuman ini disampaikan Perdana Menteri Scott Morrison Rabu (1/7/2020), sembari memperingatkan rakyat Australia untuk mempersiapkan diri menghadapi tatanan dunia yang "lebih buruk, lebih berbahaya dan lebih kacau" pasca Covid-19.

Disebutkan Australia akan membangun kekuatan militer yang lebih besar dengan fokus pada kawasan sekitarnya, termasuk melengkapi persenjataan peluru kendali jarak jauh.

Baca juga: Taruna Militer Australia Gelar Lomba Pidato Bahasa Indonesia

"Kita belum pernah menyaksikan ketidakpastian ekonomi global dan strategis seperti saat ini di Australia dan di kawasan sejak ancaman luar yang kita hadapi saat tatanan global dan regional ambruk pada tahun 1930-an dan 1940-an," katanya.

"Persaingan strategis antara China dan Amerika Serikat akan menimbulkan banyak ketegangan dan banyak risiko kesalahan perhitungan," ujar PM Morrison.

Karena itu, PM Morrison mengatakan peningkatan kemampuan militer Australia sangat penting untuk menopang posisinya di Asia Pasifik.

Dia menuturkan, Negeri "Kanguru" harus bisa melindungi tempat mereka sebaik mungkin. "Siap menanggapi dan memainkan peran kita dalam melindungi Australia, membela Australia," jelasnya.

Dalam pidato di depan Akademi Militer Australia, PM Morrison mengumumkan komitmennya untuk mengalokasikan anggaran 270 miliar dollar Australia (sekitar Rp 2.700 triliun) bagi peningkatan kemampuan pertahanan selama satu dekade.

Baca juga: Fakta 6 WN China Terdampar di NTT, Dicegat Tentara Australia hingga Negatif Corona

Alokasi belanja ini termasuk senjata penyerang yang lebih kuat, kemampuan siber dan sistem pengawasan bawah air berteknologi tinggi.

Selama empat tahun, Angkatan Bersenjata Australia (ADF) akan menambah personel sebanyak 800 prajurit, terdiri dari 650 personel untuk Angkatan Laut, 100 untuk Angkatan Udara, dan 50 prajurit Angkatan Darat.

Menurut Anggaran Belanja Departemen Pertahanan 2019-2020, kekuatan personel ADF diperkirakan tumbuh menjadi 60.090 orang tahun ini didukung staf administrasi sebanyak 16.272 orang.

Anggaran Dephan diperkirakan tumbuh hingga 2 persen dari produk domestik bruto Australia pada 2020-21, atau sekitar 200 miliar dollar Australia (Rp 1.990 triliun) selama 10 tahun.

Australia akan membeli Rudal Anti-Kapal Jarak Jauh (LRASM) 158-AG dari Angkatan Laut Amerika Serikat, dengan biaya 800 juta dollar Australia (Rp 7,9 triliun).

Baca juga: Buntut Bentrok di Perbatasan, Petinggi Militer China-India Bertemu

Tangkapan layar video propaganda yang dirilis militer China pada Rabu (31/7/2019).SCMP Tangkapan layar video propaganda yang dirilis militer China pada Rabu (31/7/2019).

Rudal itu memiliki jangkauan lebih dari 370 kilometer, meningkat signifikan dibandingkan kapasitas 124 km dari rudal anti-kapal Harpoon AGM-84 milik Australia yang diluncurkan pada awal 1980-an.

Selain itu, anggaran sebesar $9,3 miliar juga akan dialokasikan untuk penelitian dan pengembangan menjadi senjata jarak jauh berkecepatan tinggi, termasuk senjata hipersonik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com