Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Virus Flu Babi G4, Dr Fauci Peringatkan AS

Kompas.com - 01/07/2020, 07:58 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pada Senin (29/6/2020), sebuah studi baru di Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional AS menunjukkan adanya galur baru flu babi atau bernama G4 EA H1N1 yang diidentifikasi di China.

Virus influenza terbaru itu secara genetik berasal dari A/H1N1 yang menyebabkan wabah flu babi pada 2009 silam.

Dr Anthony Fauci, Direktur Lembaga Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular AS memperingatkan pada Selasa (30/6/2020) untuk lebih memperhatikan galur baru flu babi yang tengah menyebar luas di China.

Baca juga: Kenapa Virus G4 Flu Babi Baru Berpotensi Jadi Pandemi? Ini 7 Alasannya

Kewaspadaan itu, menurut Fauci sebagaimana dilansir Sputnik News, dilakukan untuk menghindari terjadinya wabah besar berulang seperti yang terjadi pada gelombang virus corona di AS.

Fauci, seorang pakar penyakit menular terkemuka AS mengatakan bahwa virus flu yang dikenal dalam nama ilmiah G4 H1N1 ini rupanya berpotensi menjadi wabah atau pandemi.

Berbicara di Sidang Komite Kesehatan, Pendidikan, Tenaga Buruh dan Pensiun pada Selasa (30/6/2020), Fauci mencatat bahwa flu babi terbaru G4 ini belum terbukti menular dari manusia ke manusia.

Baca juga: Hati-hati, Virus G4 Flu Babi Jenis Baru Bisa Jadi Pandemi Lewat Cara Ini

Akan tetapi, virus dari flu babi G4 punya kemampuan 'reassortment' atau kemampuan bentuk perubahan genetik dan antigenetik yang lebih ekstrem di mana subtipe virus baru mulai bersirkulasi dalam populasi tertentu.

Dilansir Fox News, Fauci mengatakan, "Mereka melihat adanya virus di dalam babi... yang punya karakteristik sama dengan H1N1 pada 2009 dari influenza yang asli pada 1918,"

Dia juga menjelaskan bahwa semua faktor yang terkombinasi dengan beberapa elemen yang membuat rentan dalam penularan ke manusia, kemungkinan-kemungginan akan wabah yang serupa pada flu babi 2009 akan menjadi tinggi.

Baca juga: Mengenal G4 EA H1N1, Virus Flu Babi yang Muncul di China

"Itu (penelitian tentang flu babi) masih dalam tahap penyelidikan, belum menjadi infeksi yang mengancam langsung, namun hal itu menjadi sesuatu yang perlu kita waspadai seperti yang kita lakukan pada saat munculnya flu babi pada 2009," ujar Fauci memperingatkan.

Sebuah jurnal ilmiah  yang dipublikasikan pada Senin lalu oleh para peneliti dari Akademi Sains Nasional mengatakan bahwa babi yang telah terinfeksi dengan virus G4 EA H1N1 di China telah dimulai sejak 2016.

"Ciri-ciri virus G4 telah masuk dalam syarat sebagai virus yang berpotensi menjadi wabah," ungkap penelitian itu.

Baca juga: Mengenal G4 EA H1N1, Virus Flu Babi yang Muncul di China

Sebelumnya, pada wabah flu babi 2009, AS mengalami 60,8 juta kasus infeksi, lebih dari 274.000 orang dirawat inap dan kematian di angka 12.469 jiwa berdasarkan perkiraan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).

Pada Senin juga, Fauci memperingatkan bahwa AS mengalami lonjakan infeksi Covid-19, hingga 100.000 kasus baru per hari, jika negara tersebut tidak memperlambat penyebaran virus yang sedang berlangsung.

Dia menyerukan pemerintah untuk mengambil tindakan "dengan sangat cepat". "Kita akan menuju arah yang salah jika Anda melihat kurva dari kasus-kasus baru," kata Fauci dalam Komite Sidang Kesehatan.

Baca juga: Virus Flu Babi Baru G4 Disebut Sudah Menginfeksi 4,4 Persen Populasi China

“Kita perlu melakukan sesuatu tentang itu dan kita harus melakukannya dengan sangat cepat”.

Rata-rata saat ini dari kasus virus corona harian di AS setidaknya sebanyak 40.000, jumlah tertinggi yang tercatat sejak wabah pandemi.

Pada Selasa kemarin, AS mencatat lebih dari 2.620.000 kasus virus corona, termasuk 127.272 kematian terkait virus tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com