JENEWA, KOMPAS.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, wabah virus corona "masih jauh dari kata berakhir" meski korban meninggal mencapai lebih dari 500.000 orang.
Dalam catatan yang mengkhawatirkan, jumlah infeksi di seluruh dunia mencapai 10 juta, dengan sejumlah negara ada yang kembali memberlakukan lockdown.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menuturkan, dia tentu ingin seperti yang lain, berharap pandemi virus corona segera berakhir.
Baca juga: Brasil Alami Pekan Terburuk Covid-19, Massa Minta Presiden Jair Bolsonaro Mundur
"Tetapi kenyataan pahitnya adalah, penyakit ini bahkan jauh dari kata usai," ungkap Tedros dalam konferensi pers di Jenewa.
Dia menerangkan meski ada negara yang membuat perkembangan bagus, secara global dia mengatakan pandemi ini masih mengalami peningkatan.
Virus ini pertama kali merebak di China Januari lalu, di mana Tedros berujar tim akan dikirim ke sana untuk mencari tahu asal usulnya.
Covid-19 masih belum teratasi di AS, di mana otoritas kesehatan setempat mencatat 2,5 juta infeksi dan 1250.000 korban meninggal.
Sejumlah negara bagian terpaksa kembali melarang bar dan restoran beroperasi, dengan Presiden Donald Trump ditekan agar memberi contoh seperti mengenakan masker.
Baca juga: Anggota DPRD Makassar yang Jamin Pengambilan Jenazah Covid-19 Akan Diperiksa Polisi
Kementerian kesehatan sudah memperingatkan, "jendela hampir tertutup", yang berujung kepada upaya mereka menangani pandemi sudah hampir mencapai batas.
Tetapi seperti diberitakan AFP Senin (29/6/2020), Trump memilih untuk menghabiskan waktu dengan bermain golf di Virginia.
Bagaimana pun, tidak selamanya dia bisa bebas melenggang tanpa masker. Apalagi jika mengacu kepada agenda rapat besar Partai Republik.
Jacksonville, kota di Florida yang bakal menjadi venue pertemuan itu pada Agustus mendatang, mewajibkan setiap orang mengenakan masker.
Baca juga: Relawan Trump Cabuti Stiker Social Distancing Sebelum Kampanye di Tulsa
Selain AS, negara lain yang paling parah terdampak Covid-19 adalah Brasil, yang mencatatkan 259.105 kasus dalam tujuh hari terakhir.
Pada Minggu (28/6/2020), massa baik di Negeri "Samba" maupun seluruh dunia menggelar demonstrasi menentang Presiden Jair Bolsonaro.
Sebabnya selama wabah, Bolsonaro adalah pihak yang mengabaikan betapa berbahayanya penyakit itu dengan menyebutnya "flu ringan".