BEIJING, KOMPAS.com - Seorang petinggi senior China pada Selasa (23/6/2020) menuding militer AS mengerahkan kekuatan "yang belum pernah terjadi sebelumnya" di wilayah Asia-Pasifik.
Menurutnya, pengerahan kekuatan besar oleh militer AS itu dapat menimbulkan bentrokan dengan Angkatan Laut China.
Ketegangan antara dua negara adidaya itu melonjak di berbagai sektor sejak Presiden Donald Trump menjabat pada 2017.
Baca juga: Hampir 11 Jam Berunding, India dan China Akhirnya Sepakat Berdamai
Patroli rutin yang dilakukan AS d Laut China Selatan membuat Beijing naik pitam. AL China biasanya memperingatkan kapal-kapal AS untuk menyingkir.
Selain dengan AS, Laut China Selatan juga menjadi tempat perseteruan Negeri "Tirai Bambu" dengan negara-negara tetangga lainnya.
Namun Beijing sendiri juga membuat para negara tetangganya geram, dengan membangun pulau-pulau buatan yang dilengkapi instalasi militer di sebagian Laut China Selatan.
Baca juga: Ribut dengan China dan Taiwan, Jepang Ubah Nama Daerah di Kepulauan Senkaku
"Pengerahan militer AS di kawasan Asia-Pasifik belum pernah terjadi sebelumnya," kata Wu Shicun pimpinan Institut Nasional Studi Laut China Selatan, sebuah lembaga konsultan pemerintah.
"Kemungkinan insiden militer atau tembakan tak disengaja akan meningkat."
"Jika bentrokan terjadi, dampak pada hubungan bilateral akan menjadi bencana besar," lanjut Wu dikutip dari AFP Selasa (23/6/2020).
Baca juga: Bermain di Sungai, 8 Anak di China Tewas Tenggelam
Ia mengatakannya saat memaparkan presentasi sebuah laporan oleh lembaganya, tentang kehadiran militer AS di wilayah tersebut.
Laporan itu menyebutkan, AS telah mengerahkan 375.000 tentara dan 60 persen kapal perangnya di kawasan Indo-Pasifik. Tiga kapal induk AS juga telah dikirim ke sana.
Wu menerangkan, selama 8 tahun kepemimpinan eks Presiden Barack Obama, AL AS melakukan 4 kali patroli di area itu, sedangkan di masa kepemimpinan Trump ada 22 kali patroli.
Baca juga: Penasihat Trump Sebut Virus Corona Buatan China
Kedua militer "harus memperbanyak komunikasi" untuk "mencegah kesalahpahaman strategis dan salah perkiraan," menurut laporan itu.
KTT militer juga harus dilanjutkan, saluran telepon langsung harus dibuka, dan manuver AL bersama harus dilakukan, tulis laporan Wu.
Di laporan itu juga tercantum China tidak menganggap AS sebagai saingan potensial atau "membayangkan perang dingin atau panas baru melawan AS".
Namun dokumen itu memperingatkan, "memburuknya hubungan militer akan secara perlahan meningkatkan kemungkinan insiden berbahaya, konflik atau bahkan krisis".
Baca juga: Amankan Kesepakatan Dagang dengan China, Trump Tunda Sanksi ke Xinjiang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.