Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kim Jong Un Disebut Tertawakan Trump

Kompas.com - 22/06/2020, 14:12 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menertawakan Presiden AS Donald Trump ketika mengomentari relasi pribadi mereka.

Pernyataan itu disampaikan mantan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton, jelang perilisan bukunya yang membuat geram sang presiden.

Dalam wawancara dengan ABC News, Bolton ditanya jurnalis Martha Raddatz apakah Trump sungguh memercayai bahwa Kim Jong Un menyukai dirinya.

Baca juga: Bangga Kampanyenya Dihadiri 1 Juta Orang, Ternyata Trump Kena Prank Penggemar K-Pop dan TikTok

Penasihat yang dipecat pada September 2019 itu menjawab, dia tidak melihat sang Pemimpin Korea Utara benar-benar serius dengan relasi itu.

"Saya kira Kim Jong Un tertawa mendengarnya. Surat itu, yang ditunjukkan presiden, ditulis oleh pejabat di Partai Buruh Korut," jelas John Bolton.

Dia menyatakan, presiden 74 tahun itu menganggap surat yang diberikan oleh Pyongyang merupakan tanda persahabatan dalam mereka.

Dilansir AFP Senin (22/6/2020), Bolton menganggap Trump tidak layak menjadi Presiden AS, dan berharap dia hanya menjabat selama satu periode.

"Saya berharap (sejarah) akan mengingatnya sebagai presiden satu periode yang tidak menjerumuskan negara terlalu dalam ke dalam pusaran yang bisa kita lupakan," paparnya.

Dia menuturkan pada Pilpres AS November nanti, dia tidak akan memilih baik mantan atasannya tersebut maupun rivalnya dari Demokrat, Joe Biden.

Gedung Putih sudah berusaha untuk menghentaikan buku itu. Tapi pada Sabtu (20/6/2020), hakim membatalkan gugatan itu karena menganggap sudah terlambat untuk menghalanginya.

Baca juga: Kampanye Trump Kena Prank Penggemar K-Pop dan TikTok, Ini Tanggapan Timses

"Habis kesabaran"

Buku Bolton, The Room Where it Happened, berisi pengalamannya selama 17 bulan mendampingi Trump sebelum didepak pada September 2019.

Dia menuturkan, "kesabarannya sudah habis" ketika melihat atasannya itu mengundang Taliban ke Camp David, dan membuatnya mantap untuk mundur.

Dalam bukunya, yang dituding fiksi oleh Trump, mengungkapkan bagaimana sang presiden meminta bantuan kepada Presiden China Xi Jinping.

Dalam perbincangan yang terjadi di sela negosiasi perang dagang, presiden ke-45 AS itu meminta Xi untuk membantunya memenangkan Pilpres AS 2020.

Bolton juga mendukung tuduhan bahwa Trump menekan Ukraina untuk menyelidiki Joe Biden, dan membuatnya hampir dimakzulkan pada Januari lalu.

Baca juga: Lagi, Trump Sebut Virus Corona: Kung Flu

Baik politisi Republik dan Demokrat sama-sama mengkritik Bolton, mempertanyakan mengapa dia tak muncul dan malah membeberkannya di buku.

Ketua Komite Intelijen DPR AS, Adam Schiff, kepada NBC's "Meet the Press" Minggu (21/6/2020) menyebut Bolton sosok yang pengecut.

Schiff menuding Bolton serakah karena seharusnya, dia datang untuk memberikan kesaksian saat sidang pemakzulan Trump digelar.

Begiut juga dengan Senator Republik, Tim Scott, kepada ABC's "This Week" di mana dia berujar Bolton harus datang dan bersaksi secara tersumpah.

Baca juga: Trump Terobsesi Kirim CD Elton John untuk Kim Jong Un

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com