Sekitar 750.000 penduduk melarikan diri ke negara tetangga, Bangladesh. Pengadilan tinggi PBB menuding Myanmar melakukan genosida.
Sementara itu 600.000 orang Rohingya yang tersisa di Rakhine hidup dengan sedikit kebebasan bergerak. Amnesty International menyebut ini sebagai "kondisi apartheid".
Baca juga: Nama George Floyd Banyak Diakses di Internet dari Kolombia sampai Indonesia
"Kami ingin mengetahui lebih banyak informasi mengenai Covid-19, apa yang terjadi pada orang-orang terlantar di Sittwe (ibu kota Rakhine), dan apa yang terjadi di Bangladesh," kata Abdullah seorang anggota Rohingya dari kota Mrauk U, kepada kantor berita AFP melalui sambungan telepon.
Mereka sekarang kesulitan menghubungi kerabat, mengirim uang, bahkan melihat ramalan cuaca, tambahnya.
Seorang guru sekolah bernama Aung Win di Kota Butidaung menuturkan, dia tidak dapat mengakses pelajaran dari departemen pendidikan sebelum tahun akademik baru dimulai pada Juli.
"Kami hanya ingin internet tersambung lagi sesegera mungkin," ungkapnya.
Baca juga: Tak Punya Kuota Internet untuk Ikut Kelas Online, Remaja Ini Bunuh Diri
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.