WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat pada Rabu (17/6/2020) memberi sanksi kepada istri Presiden Suriah Bashar Al Assad dan puluhan orang lainnya karena negara itu bersumpah akan melakukan kampanye tekanan besar di bawah undang-undang baru AS yang telah mengguncang perekonomian negara di tengah perang itu.
"Kami mengantisipasi lebih banyak sanksi dan kami tidak akan berhenti sampai Assad dan rezimnya menghentikan perang brutal yang tidak diperlukan rakyat Suriah," ujar Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dalam sebuah pernyataan.
Dia menyebut sanksi AS itu merupakan 'permulaan dari apa yang akan menjadi kampanye tekanan ekonomi dan politik berkelanjutan untuk menyangkal pendapatan dan dukungan terhadap rezim Assad yang digunakannya untuk berperang dan melakukan kekejaman pada rakyat Suriah."
Pompeo sebelumnya mengumumkan diberlakukannya undang-undang Caesar yang menghukum setiap perusahaan yang bekerja dengan Assad. Akibat dari undang-undang itu, mata uang Suriah jatuh nilainya.
Baca juga: Virus Corona Mengintai di Kamp Pengungsian Palestina dan Suriah yang Kumuh
Sanksi AS pertama menargetkan 39 orang atau entitas termasuk Assad secara pribadi serta istrinya, Asma yang pertama kali menjadi sasaran sanksi AS.
Di bawah hukum, aset apa pun di Amerika Serikat akan dibekukan. Presiden Assad sendiri telah berada di bawah sanksi AS sejak dia mulai menghancurkan pemberontakan pada 2011.
Asma Assad, istri Bashar Assad lahir di Inggris dari pasangan kardiologis (ayah) dan diplomat (ibu) merupakan mantan bankir investasi yang menyebut dirinya sebagai reformis progresif dan wajah modern para Assad.
Namun Pompeo dalam pernyataannya menuduh bahwa Asma Assad, dengan dukungan suami dan keluarga Akhras-nya sendiri, "telah menjadi salah satu pengambil untung dalam perang paling terkenal di Suriah."
Baca juga: Gelapkan Dana Publik Suriah, Paman Bashar Assad Divonis 4 Tahun Penjara
Lainnya yang ditimpa undang-undang Caesar adalah Mohammed Hamsho, salah satu pengusaha Suriah paling menonjol dan Fatemiyoun sebuah divisi Muslim Iran yang dipimpin oleh Syiah dari Afghanistan yang dikerahkan untuk membantu Assad.
Assad, yang didukung oleh Rusia dan Iran, telah berhasil memenangkan kembali hampir semua Suriah kecuali wilayah Idlib setelah perang yang telah menewaskan lebih dari 380.000 orang.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanKunjungi kanal-kanal Sonora.id
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.