Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Donald Trump, Membuat Amerika Berjaya Kembali

Kompas.com - 18/06/2020, 11:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kenapa mereka bersitegas mendukung seorang presiden yang jahat?

Lagipula, ia sedang merugikan banyak, termasuk lembaga hukum dalam negeri dan hubungan kami dengan hampir semua negara asing.

Jawabannya bisa ditemukan dalam semboyan kampanye Trump pada 2016. Make America Great Again.

Maknanya, kembalikan Amerika kepada suatu masa, katakanlah tahun 1950an, ketika kaum putih, khususnya laki-laki, merasa bahwa mereka menguasai seluruh alam mereka.

Tentu, rumusan mereka sendiri lebih umum, sebab dalam pandangan mereka, semua orang sempat menikmati keberhasilan Amerika pada waktu itu, termasuk perempuan dan orang Amerika-Afrika (meski kenyataannya tidak begitu, yang kita lihat kemudian dengan gerakan feminisme dan gerakan Amerika-Afrika untuk diberi hak yang sama dengan orang putih).

Kekuasaan pribadi itu, menurut mereka, kini sudah hilang, dihapuskan terutama oleh arus globalisasi tetapi juga banyak perubahan domestik.

Yang mereka salahkan, kaum “liberal,” dalam bentuk Partai Demokrat dan bagian besar media mainstream, terutama New York Times dan Washington Post, yang bersimpati kepada kaum liberal.

Untuk mengingatkan, liberal dalam pengertian Amerika berarti kesediaan menggunakan alat negara untuk memecahkan masalah sosial di masyarakat, jadi lebih dekat kepada demokrat sosial di Eropa.

Sebaliknya, konservatif dan Partai Republik melawan penggunaan alat negara di dalam negeri. Mereka ingin membangun sebuah negara tempat setiap orang bebas untuk menciptakan kehidupannya sendiri.

Penggunaan alat negara untuk memecahkan masalah sosial dilihat sebagai pemanjaan belaka. Termasuk perihal pendidikan publik yang bermutu serta jaminan atas perawatan kesehatan yang bermutu dan berada dalam jangkauan anggaran masyarakat.

Presiden Amerika Serikat Donald TrumpAFP Presiden Amerika Serikat Donald Trump

Maka dari itu, mereka takut sekali pada kemenangan kaum liberal, yang mereka anggap tidak berbeda secara prinsip dengan komunisme, yaitu penguasaan mutlak negara atas masyarakat.

Kini, capres Demokrat Joe Biden dianggap musuh utama terhadap kebebasan mereka. Tentu, pendukung Trump dibagi dalam beberapa kelompok.

Ada kaum sekuler yang ingin mempertahankan haknya untuk memiliki senjata api. Ada kaum Kristen evangelis dan Katolik konservatif (seperti Jaksa Agung Bill Barr) yang merasa bahwa sekularisasi masyarakat sejak Perang Dunia II telah merampas banyak hak mereka dan mengancam menghapuskan agama.

Akhirnya, kaum bisnis juga pendukung Republik. Mereka tidak percaya atau peduli pada ancaman sekularisasi budaya. Mereka praktis saja, dan selama ini menganggap Partai Republik sebagai pembela bisnis.

Alasan itu, menurut perkiraan saya, masih cukup untuk memilih Trump lagi, meski orang lain, seperti saya, sulit mengerti keputusan itu, mengingat kejahatan Trump yang seharusnya mencemaskan dan menggelisahkan mereka juga. Semoga berguna.

Pancasila

Bagi saya, tanya-jawab dahsyat antara dua tokoh pemikir politik kelas langitan tersebut di atas bukan cuma berguna namun luar biasa berharga demi memperluas wawasan pandang kita di Indonesia tentang sebenarnya apa yang sedang terjadi di Amerika Serikat.

Kalau mau kita mampu mendayagunakan tanya-jawab antara dua begawan ilmu politik sebagai masukan inspirasi pelajaran agar kita dapat menyelenggarakan pilpres Indonesia 2024 secara lebih eling lan waspodo serta lebih positif dan konstruktif ketimbang pilpres Amerika Serikat yang ternyata tidak mengutamakan kepentingan rakyat .

Akibat memang Amerika Serikat tidak menghayati Pancasila maka meletakkan kepentingan bisnis di atas kepentingan rakyat. Kepentingan duit di atas segala-galanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com