Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Provokasi Korea Utara demi Memperkuat Status Adik Kim Jong Un

Kompas.com - 17/06/2020, 23:02 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Yonhap

SEOUL, KOMPAS.com - Provokasi yang dilakukan Korea Utara selama dua pekan terakhir untuk memperkuat posisi adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong.

Pernyataan itu disampaikan Tae Young-ho, mantan diplomat Korut yang membelot dan kini beralih menjadi politisi Korea Selatan.

"Sejauh ini, belum ada orang ketiga antara militer Korea Utara dengan Kim Jong Un. Tapi, kini ada Kim Yo Jong," ujar Tae di Facebook.

Baca juga: Kim Yo Jong, Adik Kim Jong Un yang Mulai Unjuk Gigi

Politisi dari partai oposisi Masa Depan Bersatu itu menerangkan, provokasi Korut ini bertujuan untuk menciptakan sistem komando baru.

"Sehingga kini publik Korut bakal mulai mendapat instruksi dari adik Kim Jong Un itu," ujar Tae dikutip kantor berita Yonhap Rabu (17/6/2020).

Tae memutuskan membelot ke Korea Selatan pada 2016, setelah di posisi sebelumnya dia menjabat sebagai Wakil Duta Besar untuk Inggris.

Dia naik ke parlemen setelah di pemilihan umum April lalu, dia mengamankan kursi dengan memenangkan perwakilan proporsional.

Opini Tae terjadi sehari setelah Pyongyang meledakkan kantor perwakilan gabungan dengan Negeri Ginseng di Kaesong (16/6/2020).

Dia menjelaskan tidak pernah melihat Pyongyang melaksanakan perintah, yang diberikan oleh Kim adik di akhir pekan, secepat itu.

Dalam kacamata Tae, aksi tersebut merupakan upaya Pyongyang dalam mengonsolidasikan seluruh negara atas Kim adik sebagai penerus kakaknya.

Baca juga: Adik Kim Jong Un, Sosok di Balik Memanasnya Relasi Korsel dan Korut

Tae mengatakan, rezim Korut berusaha untuk menampilkan kepemimpinan Kim Yo Jong sebagai orang nomor dua di samping Kim Jong Un.

"Kim kakak mungkin berniat untuk mengukir gambar Kim Yo Jong sebegai pemimpin perempuan yang mempunyai kekuatan," jelasnya.

Dia melanjutkan, dengan penghancuran kantor penghubung di Kaesong, maka Deklarasi Panmunjom dan tensi yang sempat menurun akan kehilangan efeknya.

Deklarasi Panmunjom itu ditantangani di Panmunjom, desa di wilayah zona demiliterisasi, oleh Kim dan Presiden Korsel Moon Jae-in.

Dia menyarankan Seoul untuk mengirim gugatan kompensasi atas bangunan yang dihancurkan, dan meminta Dewan Keamanan PBB melontarkan kecaman.

Penghancuran di Kaesong merupakan babak terbaru setelah pekan sebelumnya, Kim adik menyebut Korsel sebagai "musuh" dan melontarkan serangan verbal.

Baca juga: Diancam Adik Kim Jong Un, Korea Selatan Gelar Rapat Darurat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com