Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Hidup George Floyd, dari Pria Biasa Menjadi Simbol Anti-rasialisme Dunia

Kompas.com - 09/06/2020, 17:07 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

HOUSTON, KOMPAS.com - George Floyd, pria Amerika keturunan Afrika berusia 46 tahun, telah menjadi simbol global untuk melawan rasialisme.

Namanya menjadi populer usai tewas akibat lehernya ditindih lutut polisi. Pada Selasa (9/6/2020), ia dimakamkan di Houston, tempatnya tumbuh besar.

Dengan postur setinggi 193 cm, George Floyd dikenal teman-teman dan keluarganya sebagai "raksasa lembut", seorang rapper dan atlet yang pernah berurusan dengan hukum, tetapi menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Baca juga: Kematiannya Picu Demonstrasi Besar, Siapakah George Floyd?

Dilansir dari AFP, ibunya pindah ke Houston tak lama setelah George Floyd dilahirkan pada 1973 di North Carolina.

Dia tumbuh besar di wilayah miskin yang sebagian besar penduduknya adalah keturunan Amerika-Afrika di Houston.

"Kami tidak punya banyak (harta), tetapi kami selalu saling memiliki," kata sepupu George Floyd, Shareeduh Tate, saat upacara peringatan pekan lalu di Minneapolis.

Gurunya di kelas dua, Waynel Sexton, mengatakan kepada AFP bahwa George Floyd saat berusia 7 tahun bermimpi ingin jadi hakim di Mahkamah Agung.

Di SMA Jake Yates, George Floyd dikabarkan berperan layaknya kakak bagi anak laki-laki setempat.

"Dia mengajari kita bagaimana menjadi seorang pria," kata Philonise, adik lelakinya, saat berpidato pada upacara peringatan itu.

Di bidang olahraga, George Floyd pernah menjadi pesepak bola dan pemain basket. Olahraga yang disebut terakhir ia mainkan saat kuliah.

"Dia monster di lapangan," kata Philonise. "Tapi dalam hidup, secara umum, (dia) suka ngobrol dengan orang-orang, raksasa yang lembut."

Baca juga: George Floyd, Raksasa Lembut yang Berusaha Mengubah Hidupnya

Religius dan kuat di kata-kata

George Floyd keluar dari perguruan tinggi dan kembali ke Houston untuk membantu keluarganya.

Pada 1990-an ia menekuni musik hip-hop Houston dengan nama "Big Floyd", ketika ia menikmati beberapa kesuksesan.

Namun, ia juga pernah terjerat kasus-kasus kekerasan di Houston, dan ditangkap beberapa kali karena pencurian dan pengedaran narkoba.

Media lokal yang dilansir AFP menyebutkan, George Floyd sempat dipenjara pada awal 2000-an karena pencurian bersenjata, dan akhirnya dihukum penjara 4 tahun.

Setelah keluar dari penjara, George Floyd beralih jadi orang yang religius.

"Dia kuat, dia bisa menunjukkan jalan (agama) dengan kata-kata," lanjut Philonise.

George Floyd pindah ke Minneapolis pada 2014 untuk "memperbaiki hidup" dan untuk mencari pekerjaan yang lebih layak, agar dapat membantu ibu dari anak perempuannya yang baru lahir, Gianna.

Dia pernah bekerja sebagai sopir truk untuk Salvation Army, lalu menjadi petugas keamanan di sebuah bar yang kemudian tutup karena pandemi virus corona.

"Saya mengetahui kesalahan dan kekurangan saya, dan saya tidak lebih baik dari orang lain," tulis George Floyd di Instagram pada 2017.

Baca juga: Bunuh George Floyd, Uang Jaminan Derek Chauvin Ditetapkan Rp 14 Miliar

Dua mural George Floyd di Houston, Texas, Amerika Serikat, sebagai penghormatan penduduk untuk mendiang yang menghabiskan masa kecilnya di sana. Foto diambil pada 8 Juni 2020.REUTERS/CALLAGHAN OHARE Dua mural George Floyd di Houston, Texas, Amerika Serikat, sebagai penghormatan penduduk untuk mendiang yang menghabiskan masa kecilnya di sana. Foto diambil pada 8 Juni 2020.
Menegakkan keadilan

George Floyd tewas pada 25 Mei usai lehernya ditindih lutut seorang polisi selama hampir 9 menit. Insiden ini viral lantaran direkam oleh orang-orang yang melintas di lokasi kejadian.

Saat itu dia baru saja membeli rokok dengan uang kertas 20 dollar AS (Rp 280.000).

Kata-kata terakhirnya yakni "Aku tidak bisa bernapas" serta foto-fotonya tersebar ke seluruh dunia, memicu tuntutan orang-orang Afrika-Amerika untuk mengakhiri rasialisme dan kebrutalan polisi.

"Aku menginginkan keadilan baginya, dan aku ingin keadilan baginya karena dia baik. Tidak peduli apa pun yang dipikirkan orang, dia orang yang baik," kata Roxie Washington, ibu dari putri George Floyd, Gianna, yang berusia 6 tahun.

Baca juga: Siapa Breonna Taylor, Perempuan yang Disebut dalam Demo George Floyd?

George Floyd akan dimakamkan pada Selasa (9/6/2020) di samping makam ibunya, Larcenia, yang meninggal pada 2018. Nama panggilan sang ibu, Cissy, ditato di dada George Floyd.

Penduduk di Third Ward, Houston, yang merupakan lokasi George Floyd tumbuh besar, telah memberikan penghormatan berupa dua mural untuk mendiang.

Satu mural digambar di dinding bata merah di blok perumahan tempat Floyd menghabiskan masa kecilnya.

Mural itu bergambar "Big Floyd" dengan sayap malaikat dan lingkaran cahaya di kepalanya.

Baca juga: George Floyd Tewas, Departemen Kepolisian Minneapolis Akan Dibubarkan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com