"Di sebelah utara itu masalah agama, di selatan lebih ke hambatan budaya terkait status janda yang bertentangan dengan hukum," katanya.
Njemanze menyarankan siapa saja yang telah diperkosa untuk mencoba mengumpulkan dan menyimpan bukti, seperti pakaian, yang dapat digunakan di pengadilan.
"Sering kali rumah sakit ingin melihat laporan polisi sebelum mengobati dan itu sangat tidak adil karena itu adalah terikat waktu kejahatan," katanya.
"Hal pertama adalah untuk menyimpan semua bukti dan mengobati untuk infeksi menular seksual. "
Kejaksaan juga dituduh menghapus kemungkinan korban mendapatkan keadilan di meja hijau.
"Sering kali polisi membawa korban ke rumah sakit swasta di mana mereka harus membayar tagihan dan polisi mengharapkan korban yang masih trauma untuk membayarnya. Dalam kasus ekstrem, para tersangka diminta untuk membayar tagihan.
"Bagaimana sistem seperti menjamin keadilan? " tanya Emmanuel.
Menyusul kemarahan publik, polisi mengumumkan bahwa mereka telah melakukan penangkapan dalam kasus Uwa.
Mereka mengatakan bahwa alat pemadam kebakaran yang digunakan dalam pembunuhan itu diperiksa oleh para ahli forensik dan sidik jari dari tersangka telah teridentifikasi.
Kepala Kepolisian Nigeria juga mengumumkan penyelidik khusus akan dikerahkan untuk menanggapi meningkatnya kekerasan seksual dan kekerasan berbasis gender.
Namun, kontroversi dalam kasus Uwa berlanjut. Keluarganya menuduh polisi membuat komentar sinis dan menuntut suap sebelum menyelidiki kasus ini.
"Mereka bertanya kepada ayah saya apakah dia adalah orang pertama yang putrinya diperkosa," adik korban itu mengatakan kepada wartawan.
Polisi belum menanggapi tuduhan-tuduhan tersebut.
Baca juga: Terbukti Perkosa Belasan Perempuan, Harvey Wenstein Dipenjara 23 Tahun
Beberapa gerakan baru-baru ini juga mengkritik budaya "menyalahkan korban" di masyarakat Nigeria.
Stop the Rape!!
— Nora Stone ???? (@EdoFirstLady) June 1, 2020
Stop victim shaming and blaming!!!
We are tired of being afraid in our own skin...
#WeAreTired
#JusticeForUwa
#SayNoToRape pic.twitter.com/QDgLQ3qd48
Cuitan salah satu orang menunjukkan bahwa ia telah diperkosa saat mengenakan jilbab telah dibagi ribuan kali.
"Dress properly"
"Thank God Islam gave us hijab"Don't be stupid!
I had my hijab on all through when I was raped.
— Hauwa Ojeifo (@hauwa_ojeifo) May 31, 2020
Kemarahan di dunia maya juga menyerukan bahwa masyarakat terlalu fokus pada mendidik anak perempuan tentang seks tetapi mengabaikan anak laki-laki.
"Sudah waktunya untuk mengajar anak laki-laki tentang persetujuan dan bahwa 'tidak' adalah 'tidak'," kata Ekpebulu kepada BBC.
Baca juga: Kisah Pria Ukraina Diperkosa Istrinya Selama 10 Tahun, Dicakar sampai Berdarah dan Ditonjok
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.