KOMPAS.com- KOMPAS.com - Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama pada Rabu (3/6/2020) mengucapkan terima kasih kepada pengunjuk rasa di seluruh AS.
Ia juga meminta mereka untuk tetap berharap meski dalam kondisi marah karena dia melihat adanya perubahan di masa mendatang.
Baca juga: 41 Tahun Tidak Dipotong, Kuku-kuku Wanita Ini Memanjang Sampai 8 Meter
Sementara itu otopsi lengkap George Floyd menyatakan bahwa dia positif virus corona pada April, tetapi dinyatakan bukan termasuk faktor kematiannya.
Floyd tidak menunjukkan gejala ketika empat polisi Minneapolis terlibat dalam kasus kematiannya, saat dibekuk pada Senin (25/5/2020).
Baca juga: Dibungkam Twitter dan Snapchat, Mulut Pedas Trump Dibiarkan Facebook
Kedua berita itu dapat Anda baca selengkapnya di kumpulan artikel terpopuler global sepanjang Kami (4/6/2020) hingga Jumat (5/6/2020).
Pidato Obama berlangsung dalam acara virtual di balai kota pada Rabu malam dan diselenggarakan oleh My Brother's Keeper Alliance, sebuah program dari Yayasan Obama.
Dalam pidatonya yang penuh harapan sebagaimana dilansir CNN, Obama berkata tentang peristiwa penting selama beberapa bulan terakhir, termasuk protes atas pembunuhan Floyd dan wabah virus corona.
Bagaimana pidato Obama selengkapnya? Anda bisa membacanya di sini.
Hal tersebut diungkap oleh Dr Andrew Baker, kepala pemeriksa medis di Hennepin County.
"Dikarenakan... positif ( Covid-19) dapat bertahan selama berminggu-minggu setelah onset dan resolusi klinis penyakit, hasil otopsi kemungkinan besar menunjukkan tanpa gejala, tetapi persisten... dari infeksi sebelumnya," tulis Baker dalam laporan tersebut, yang dirilis pada Rabu (3/6/2020) atas seizin keluarga Floyd.
Lalu bagaimana perkembangan kasus George Floyd atas temuan ini? Anda bisa membaca selengkapnya di sini.
Menteri Pertahanan AS Mark Esper pada Rabu (3/6/2020) menentang penerapan hukum yang jarang digunakan, seperti mengerahkan militer untuk mengatasi protes nasional atas kebrutalan polisi terhadap warga Afrika-Amerika.
"Saya tidak mendukung penerapan undang-undang pemberontakan," ujar Esper sebagaimana dilansir AFP, dua hari setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump berkata bahwa dia bisa memanggil tentara untuk meredam protes massa.
Tanggapan Esper selengkapnya yang menolak penggunaan UU Pemberontakan di demonstrasi George Floyd bisa Anda baca di sini.
Pemerintah Korea Selatan langsung bersikap setelah adik Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un, Kim Yo Jong, melontarkan ancaman.
Dalam pernyataannya, Seoul melarang para pembelot menerbangkan pesan anti-Pyongyang, beberapa jam setelah Kim adik mengancam akan membatalkan perjanjian militer.
Lantas bagaimana kelanjutan perseteruan ini? Anda bisa membaca selengkapnya di sini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.