Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biden: Trump Sumber Masalah yang Semakin Meningkat

Kompas.com - 03/06/2020, 10:13 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

PHILADELPHIA, KOMPAS.com - Pada Selasa (2/6/2020) mantan wakil presiden Amerika Serikat sekaligus penantang tunggal Donald Trump pada pemilu AS 2020 November mendatang, Joe Biden, melakukan serangan paling agresifnya terhadap presiden AS.

Dalam pidatonya di Philadelphia, sebagaimana dilansir The Associated Press, Biden melontarkan kritik ganas terhadap Trump. Dia menuduh presiden AS itu lebih memikirkan diri sendiri ketimbang bangsanya di saat negara mereka membutuhkan kepemimpinan.

"Presiden (kita) hari ini malah menjadi bagian dari masalah dan meningkatkan masalah itu," ujar Biden yang juga menambahkan bahwa Trump telah termakan egonya sendiri.

Baca juga: Double Wall Selamatkan Dua Coffee Milik WNI dari Penjarahan Demo George Floyd

Trump telah menggunakan bahasa konfrontasi dan perang, berusaha menjadi seorang 'presiden hukum dan ketertiban,' dan bertaruh bahwa para pemilih lebih menginginkan pendekatan kekuatan yang lebih kuat dalam pertumbuhan nasional dan ras.

Katrina Pierson, seorang penasihat senior kampanye pilpres mengatakan bahwa pidato Joe Biden jelas membuat kalkulasi politik yang kurang tepat dalam kerusuhan yang terjadi di Amerika.

Baca juga: Demo George Floyd Bertajuk Black Lives Matter, Apa Artinya?


Trump lebih suka 'kekuasaan'

Serangan agresif lain dari Biden terhadap Trump adalah mengatakan bahwa Trump lebih tertarik pada kekuasaan dibandingkan pada prinsip-prinsipnya.

"Dia pikir perpecahan dapat membantunya," kata calon presiden dari Partai Demokrat itu dalam pidatonya di Balai Kota Philadelphia. "Narsisme (Trump) ini menjadi lebih penting daripada kesejahteraan bangsa."

Ucapan Biden itu merujuk pada petugas polisi yang menyemprot gas air mata pada demonstran di sekitar Gedung Putih agar Trump bisa berpose sebentar di Gereja St. John, seberang Gedung Putih sambil memegang sebuah Alkitab.

Baca juga: Pakai Alkitab dan Berpose Depan Gereja, Trump Disemprot Pendeta Episkopal

"Jika dia (Trump) membuka Alkitab dan bukan untuk bergaya, dia pasti bisa belajar sesuatu (dari Alkitab)," ujar Biden.

Biden juga mengatakan, mungkin saja Trump ingin membuka Konstitusi AS juga. Karena jika dia berkenan, dia dapat membuka Amandemen Pertama.

Amandemen Pertama di dalam Konstitusi AS melindungi hak-hak rakyat untuk berunjuk rasa secara damai dan mengajukan petisi kepada pemerintah untuk dapat memperbaiki keluhan-keluhan yang ada.

Baca juga: Diungsikan Saat Demo George Floyd, Trump Dapat Ejekan Bunker Boy

Namun, penasihat senior Trump, Kellyanne Conway membantah bahwa presiden mengarahkan pihak berwenang memukul mundur demonstran dengan gas air mata.

Conway juga menolak respons orang-orang terkait Trump yang minta difoto secara khusus di depan gereja sambil membawa Alkitab.

Dia mengatakan kalau Biden dan kritikus lainnya tidak punya dasar untuk menerka apa yang ada di dalam hati presiden Trump termasuk niatnya melakukan itu.

Baca juga: Kepala Polisi Houston kepada Trump: Tolong, Tutup Mulut Anda

Janji Biden

Pidato Biden di Philadelphia merupakan kemunculan ketiganya berturut-turut di depan publik sekaligus yang pertama dia keluar negara bagian sejak Maret lalu. Penampilannya itu langsung disiarkan oleh tiga jaringan berita kabel utama di AS.

Biden berpidato saat pergolakan pasca kematian pria Afrika-Amerika George Floyd menyebar di seluruh negeri AS.

Sementara Biden berbicara, para Garda Nasional AS mempertahankan kehadiran mereka yang tampak sedang melindungi gedung-gedung publik di kala Philadelphia kerap menghadapi protes kerusuhan unjuk rasa yang masih berlanjut.

Ada pun beberapa gedung yang berdekatan dengan Balai Kota, termasuk Bank, toko-toko, dan hotel ditutup.

Baca juga: Trump Ancam Kerahkan Militer jika Pemkot Gagal Kendalikan Rusuh Demo George Floyd

Joe Biden juga menjelaskan sebagaimana dilansir The Guardian, bahwa masalah-masalah di negara itu tidak akan berakhir hanya dengan mengalahkan Donald Trump.

"Sejarah Amerika bukan dongeng," kata Biden, menggambarkan "kenyataan pahitnya adalah rasisme telah lama memisahkan kita."

Dia juga menambahkan, “Kepresidenan adalah pekerjaan besar. Tidak ada yang akan melakukan semuanya dengan benar. Dan saya juga tidak. Tapi saya berjanji ini pada Anda.

Saya tidak akan terjebak dalam ketakutan dan perpecahan. Saya tidak akan mengipasi api kebencian. Saya akan berusaha menyembuhkan luka rasial yang telah lama menjangkiti negara ini dan tidak menggunakannya untuk kepentingan politik. "

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com