Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kematian George Floyd Disebut Pembunuhan Berencana

Kompas.com - 01/06/2020, 07:42 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

MINNEAPOLIS, KOMPAS.com - Pengacara keluarga George Floyd, yang kematiannya menimbulkan demonstrasi di seluruh AS, menyebut insiden itu adalah pembunuhan berencana.

Si polisi yang menindih lehernya, Derek Chauvin, ditangkap pada Jumat 929/5/2020) dan dikenakan dengan dakwaan pembunuhan tingka tiga.

Namun kepada CBS News, sang pengacara Benjamin Crump menyebut seharusnya pasal yang paling tepat bagi Chauvin adalah pembunuhan tingkat satu.

Baca juga: Istri Derek Chauvin, Polisi yang Tindih Leher George Floyd, Ajukan Cerai

"Kami pikir bahwa dia memang sengaja, karena dia menindih leher hampir sembilan menit. Padahal Floyd sudah memohon dan mengaku tak bisa bernapas," kata dia.

Dalam video yang viral, Derek Chauvin terus menindih leher Floyd dengan tangannya dimasukkan ke kantong pada Senin waktu setempat (25/5/2020).

Crump menjelaskan, faktanya adalah polisi berusia 44 tahun itu terus menekan tubuh Floyd selama tiga menit setelah dia tidak sadar.

"Kami tidak mengerti mengapa ini tak dimasukkan pembunuhan kelas satu. Kami tak mengerti mengapa tidak semua polisi di sana ditahan," ujar dia heran.

Dilansir BBC Minggu (31/5/2020), Crump menyebutkan bahwa mereka sudah mengantongi rekaman suara dari kamera yang dipasang di seragam penegak hukum.

Baca juga: Protes Tewasnya George Floyd, Hampir 1.400 Orang Seantero AS Ditangkap

Dia memaparkan dalam salah satu tayangan, terdengar ada kolega Chauvin yang memberi tahu bahwa dia tidak merasakan denyut Floyd.

Saat itu, si kolega menyarankan agar posisinya dibalik. Namun, Chauvin menyatakan bahwa mereka harus tetap mempertahankan posisinya seperti itu.

"Itu jelas disengaja. Selain itu, faktanya adalah petugas Chauvin terus menekankan lututnya selama tiga menit setelah Floyd tidak sadar," papar Crump.

Dia juga menerangkan, keluarga Floyd diberi tahu bahwa pria 46 tahun itu dan Chauvin ternyata sudah saling mengenal satu sama lain.

Keluarga Floyd disebut sudah menerima kabar bahwa Chauvin adalah petugas yang sedang tak bekerja di sebuah kelab, dengan Floyd merupakan penjaga keamanannya.

Baca juga: George Floyd, Raksasa Lembut yang Berusaha Mengubah Hidupnya

Seperti apa peristiwa terbaru dalam kerusuhan di AS?

Demonstrasi besar terjadi di 30 kota seantero AS, di mana yang awalnya berlangsung damai berubah menjadi kerusuhan pada Sabtu (30/5/2020).

Beberapa kota pun menerapkan jam malam, seperti Los Angeles, Minneapolis, Chicago, Denver, Atlanta, San Francisco, hingga Seattle.

Di Los Angeles, Gubernur California Gavin Newsom mengumumkan keadaan darurat, dengan pasukan Garda Nasional dikerahkan.

Keputusan itu diambil setelah sejumlah toko dijarah, termasuk di kawasan terkenal Melrose and Fairfax, dengan ada tempat yang dibakar.

Baca juga: Protes Kematian George Floyd, Demonstran Teriakkan Aku Tak Bisa Bernapas

Di Salt Lake City, Reuters melaporkan seorang pria yang mengarahkan busur serta anak panah ke arah pendemo berakhir dengan dia dihajar.

Penasihat keamanan nasional AS, Robert O'Brien, kepada CNN meyakini bahwa polisi rasis sudah mengakar dalam sistem penegakan hukum mereka.

"Jelas ada polisi rasis. Namun, saya pikir mereka sifatnya minoritas. Mereka inilah yang memberikan contoh buruk dan kami harus membasminya.

Tak hanya di AS, unjuk rasa menyikapi tewasnya Floyd di tangan Chauvin juga terjadi di Inggris, di mana mereka mengabaikan lockdown virus corona.

Ribuan orang mengabaikan aturan pembatasan sosial dengan berkumpul di Lapangan Trafalgar, sebelum berpindah ke Kedutaan Besar AS.

Baca juga: Cara UFC Beri Penghormatan untuk George Floyd


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com