Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahathir Janji akan Tantang Keputusan Pemecatan dari Muhyiddin

Kompas.com - 31/05/2020, 08:00 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber Arab News

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Mantan Perdana Menteri Malaysia, Dr Mahathir Mohammad pada Jumat (29/5/2020) berjanji akan menantang pemecatannya yang tak terduga dari partai Bersatu, partai yang dia dirikan bersama pada 2016.

Eks PM itu juga mempertanyakan posisi legal yang kini diampu Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin sebagai pemimpin Partai Bersatu.

Dilansir Arab News, dalam sebuah pernyataan pada Kamis (28/5/2020), Partai Bersatu mengatakan kalau keanggotaan Mahathir di partai itu telah 'dicabut dengan segera'.

Baca juga: Muhyiddin: Mahathir Tidak Dipecat, Tapi...

Sehari setelahnya, Mahathir membagikan sebuah pesan di media sosial dari kantor partai dan mengatakan, "Saya berada di markas Bersatu. Mereka bilang ingin mengeluarkan saya. Saya tunggu di kantor."

Selama konferensi pers di gedung yang sama pada Jumat, Mahathir mengatakan, "Saya masih menjadi pemimpin Bersatu, tolong ingat itu, karena ketika mereka ingin mencopot saya (dari partai) itu tidak sah."

Anggota parlemen lain juga mengalami pemecatan seperti Mahathir. Di antaranya, putra dari Mahathir sendiri, Mukhriz Mahathir, eks menteri pemuda dan olah raga Malaysia, Syed Saddiq Abdul Rahman dan eks menteri pendidikan Malaysia, Maszlee Malik serta Amiruddin Hamzah.

Baca juga: Mahathir Mohamad Dipecat Partai Bersatu, bersama Putranya dan Syed Saddiq

Mahathir masih mempertanyakan keabsahan surat penghentiannya yang dikirim dari sekretaris eksekutif Muhammad Suhaimi Yahya, yang mengatakan bahwa Mahathir telah dicopot dari posisi pemimpin Partai Bersatu karena telah berada di pihak oposisi selama rapat parlemen pada 18 Mei.

Muhammad Suhaimi mengklaim bahwa Mahathir duduk di blok oposisi dan bukan bersama blok Perikatan Nasional, blok yang dipimpin oleh presiden Bersatu, Muhyiddin Yassin.

Namun Mahathir menjawab, "di mana Anda duduk (di parlemen) itu tidak menyebabkan Anda dipecat," dia juga meyakini bahwa dirinya tidak melanggar aturan konstitusi partai.

Baca juga: Mahathir: Jika Saya Ingin Berkhianat, Saya Sudah Jadi PM Lewat Kubu Lain

Keretakan di dalam kubu Bersatu dimulai pada akhir Februari ketika partai itu terpisah menjadi dua kubu, Mahathir dan Muhyiddin. Buntut dari pekan-pekan politik yang tegang setelah pengunduran diri Mahathir dan penunjukkan Muhyiddin Yassin sebagai penggantinya di posisi Perdana Menteri.

Mahathir mengecam bahwa rapat parlemen pada 18 Mei merupakan rapat sandiwara di mana satu-satunya orang yang boleh berbicara hanyalah Raja Malaysia.

"Kami tidak diberi hak berbicara di parlemen," kata Mahathir, dia menambahkan bahwa pengaturan tempat duduk saat parlemen berlawanan dengan demokrasi negara.

Baca juga: Raja Malaysia Sudah Minta Mahathir Mohamad Tak Mengundurkan Diri

Pemerintah Malaysia menggelar rapat parlemen satu hari dan tidak seperti biasanya berbulan-bulan lamanya, karena bertujuan mencegah penularan Covid-19.

Negara Malaysia meski begitu sudah berusaha membuka kembali perekonomian mereka dengan mengizinkan banyak bisnis untuk kembali beroperasi.

Ini kata pakar

Sistem pemerintah Malaysia saat ini yang mengacu pada sistem Inggris, menurut Profesor James Chin, direktur Asia Institute di Universitas Tasmania, Australia, memang membuat Muhyiddin tak lagi punya pilihan selain memecat Mahathir.

"Anda tidak bisa punya satu partai di mana satu faksinya berada dalam pemerintah sementara faksi lainnya berada di pihak oposisi," ungkap Chin, menambahkan bahwa pemecatan itu akan menimbulkan perang tak berujung antara dua tokoh politik.

Chin juga mengatakan, "Jelas bahwa Muhyiddin berpikir tidak ada kesempatan baginya dan Mahathir. Kini dia telah memecat Mahathir, ini membebaskan Mahathir dari 'bermain secara baik'."

Baca juga: Mahathir Tidak Keberatan Dicopot sebagai Petinggi Partai, tapi dengan Syarat

Dr Oh Ei Sun, peneliti senior di Singapore Institute dan Urusan Internasional mengatakan bahwa Mahathir akan melakukan serangan. Dia tidak akan diam di sana dan mengambil barang-barang ketika mereka datang."

Dilansir Arab News, menurut Oh, Mahathir telah menggunakan aura karismatiknya dan rasa hormat yang tak terelakkan dari anggota partainya untuk mencoba memenangkan tujuan partai melawan Muhyiddin.

"Kini kita lihat dua kepala pemimpin beradu satu sama lain," kata Oh.

Baca juga: Raja Malaysia Sudah Minta Mahathir Mohamad Tak Mengundurkan Diri

Dia mencatat bahwa jika Mahathir gagal untuk mendapatkan dukungan dari partainya, dia mungkin akan naik banding ke Societies of Registry (ROS) atau pengadilan.

"Jika semua jalan telah habis (ditempuh), Mahathir bahkan dapat mendirikan partai politik baru atau mengambil alih kepemimpinan partai yang ada."

Direktur Bower Grup Asia, Adip Zalkapli berkata, "Dia (Mahathir) tidak akan membiarkan perdana menteri Malaysia beristirahat."

Muhyiddin sendiri, memiliki partai politik internalnya untuk menangani serta menyeimbangkan kekuatan terhadap anggota koalisi Perikatan Nasional khususnya Organisasi Nasional Malaysia Bersatu (OMNO). 

Dia juga menghadapi mosi tidak percaya dari koalisi oposisi Pakatan Harapan.

Baca juga: Mahathir Mohamad Ungkap Alasannya Mundur sebagai PM Malaysia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Arab News
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Global
AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

Global
Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Global
Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Global
Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Global
Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Global
Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Global
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

Global
Serangan Israel ke Iran Sengaja Dibatasi Cakupannya

Serangan Israel ke Iran Sengaja Dibatasi Cakupannya

Global
Unilever Tarik Kembali Produk Magnum Almond Terkait Kontaminasi Plastik dan Logam di Inggris dan Irlandia

Unilever Tarik Kembali Produk Magnum Almond Terkait Kontaminasi Plastik dan Logam di Inggris dan Irlandia

Global
Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut di Malaysia, 10 Korban Tewas, Tak Ada yang Selamat

Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut di Malaysia, 10 Korban Tewas, Tak Ada yang Selamat

Global
Rishi Sunak Janjikan Paket Militer untuk Ukraina hingga Rp 10 Triliun

Rishi Sunak Janjikan Paket Militer untuk Ukraina hingga Rp 10 Triliun

Global
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com