Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakistan Gunakan Teknologi Anti-Terorisme untuk Lacak Pasien Covid-19

Kompas.com - 28/05/2020, 13:46 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber AFP

Tuduhan pihak Amerika Serikat dan India kepada Islamabad, mendukung gerilyawan yang bertempur di Kashmir dan Afghanistan, ditolak oleh pejabat Islamabad.

Kelompok HAM khawatir pihak berwenang Pakistan akan menyalahgunakan kekuatan pengawasan mereka untuk melacak juga para pembangkang politik.

Aktivis hak asasi terkemuka dan mantan senator Afrasiab Khattak mengatakan kepada AFP bahwa melibatkan ISI akan menyebarkan ketakutan yang tidak perlu di kalangan penduduk.

Baca juga: Ramadhan 2020: Pakistan Cabut Batasan Shalat di Masjid, Jemaah Wajib Jaga Jarak 2 Meter

"Tugas mengusut dan melacak pasien dan kasus yang diduga harus ditangani oleh pemerintah provinsi dan masyarakat setempat. Biarkan badan intelijen melakukan pekerjaan mereka yang sebenarnya," katanya.

Negara-negara di seluruh dunia telah menggunakan metode mengusut dan melacak untuk mengendalikan penyebaran virus, meningkatkan kekhawatiran privasi.

Selain di Islamabad, badan intelijen Israel juga telah menggunakan teknologi anti-terorisme, termasuk melacak ponsel, mendorong Mahkamah Agung untuk meningkatkan masalah privasi.

Di Pakistan, pihak berwenang berjuang untuk menyajikan strategi nasional yang kohesif untuk mengendalikan virus corona.

PM Khan enggan menyerukan lockdown besar-besaran, dengan alasan negara yang miskin itu tidak mampu melakukannya terus menerus.

Dia juga secara keseluruhan menyerah menekan kekuatan lobi agama di Pakistan yang menolak kembali penutupan masjid.

Banyak orang Pakistan mengabaikan perintah lockdown provinsi dan Khan telah mengizinkan perusahaan untuk membuka kembali secara bertahap, mengingat dampak ekonomi yang terjadi pada penerima upah harian.

Baca juga: Terekam Dicium Pria, 2 Gadis di Pakistan Dibunuh Keluarganya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com