Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Covid-19, Jemaat Gereja Jerman Dilarang Bernyanyi Saat Kebaktian

Kompas.com - 28/05/2020, 09:12 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber Daily Mail

BERLIN, KOMPAS.com - Beberapa negara bagian Jerman telah melarang jemaat gereja bernyanyi saat kebaktian guna mencegah penularan virus corona.

"Peningkatan produksi tetesan air liur yang terinfeksi saat bernyanyi menandakan paduan suara gereja belum akan beraktivitas lagi," kata pemerintah.

Dilansir dari Daily Mail, Rabu (27/5/2020), Kepala Lembaga Penyakit Robert Koch Institute (RKI) Jerman Lothar Wieler mengatakan, tetesan air liur dapat "terbang sangat jauh" saat bernyanyi.

Dalam satu kasus, setidaknya 40 orang terinfeksi di sebuah kebaktian gereja di Frankfurt, saat jemaat bernyanyi dan tidak mengenakan masker.

Baca juga: Perempuan Pendukung ISIS asal Jerman Dideportasi oleh Turki

Penularan virus masih terus dipelajari, tetapi bukti-bukti telah meyakinkan otoritas Jerman bahwa menyanyi adalah aktivitas yang berisiko.

Tobias Brommann, pimpinan paduan suara Katedral Berlin, mengatakan, "Anda menarik napas sedalam-dalamnya saat bernyanyi, yang berarti bahwa jika ada partikel virus yang melayang di udara maka mereka dapat masuk ke paru-paru dengan relatif cepat."

Brommann dan 30 anggota paduan suaranya tertular virus corona pada awal Maret, dan 30 orang lainnya menunjukkan gejala Covid-19.

"Kami juga belum bisa memastikan apakah mereka yang tanpa gejala tidak terinfeksi karena kami belum melakukan tes antibodi," katanya.

Kelompok paduan suara ini berkumpul untuk latihan pada 9 Maret, ketika kasus Covid-19 di Berlin masih kurang dari 50 dan acara-acara publik masih diizinkan.

Namun, belum lama ini, ada serentetan kasus setelah kebaktian di gereja Frankfurt, dan otoritas setempat coba melakukan pelacakan ke semua jemaat.

Setidaknya 107 orang menjadi positif virus corona, dan beberapa di antaranya tertular setelah kebaktian.

Baca juga: Gereja Jerman Izinkan Dipakai Shalat Jumat Saat Ramadhan

Dalam panduan untuk memulai kembali kebaktian gereja, pemerintah pusat menyatakan bahwa menyanyi harus dihindari "karena peningkatan tetesan air liur yang berpotensi menular, yang dapat tersebar hingga jarak jauh."

Beberapa negara bagian dilaporkan telah mematuhi aturan ini dengan melarang bernyanyi saat kebaktian.

Ada juga beberapa bukti ilmiah yang menyatakan, bernyanyi menghasilkan partikel mikro yang berpotensi menular dalam jumlah besar.

Menurut studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature tahun 2019, mengatakan "aah" selama 30 detik menghasilkan dua kali lebih banyak partikel sama seperti batuk 30 detik.

Di Gereja Twelve Apostles distrik Schoenberg, Berlin, tidak ada latihan paduan suara sejak awal Maret.

Namun, beberapa studi sedikit memberikan harapan. Universitas Bundeswehr di Munich menerbitkan sebuah penelitian pada awal Mei, yang menunjukkan bahwa bernyanyi hanya menjangkau aliran udara hingga setengah meter di depan orang yang bernyanyi.

Baca juga: Kardinal George Pell Akui Banyak Skandal Seks Anak di Gereja Australia sejak 1970-an

Institut Kedokteran di Universitas Freiburg juga menerbitkan laporan dengan hasil serupa.

Meski begitu, kepala institut Bernhard Richter memperingatkan, studi itu tidak termasuk pengukuran aerosol (partikel kecil) yang dapat bersirkulasi lebih jauh di dalam ruangan.

Lembaga tersebut pekan ini mengeluarkan anjuran baru untuk membatasi jumlah orang di ruangan dan durasi latihan.

"Penelitian masih berlangsung," kata Richter. "Tentu saja, penyanyi ingin pernyataan yang jelas, hitam dan putih, tetapi kemudian Anda harus mengatakan, mungkin kita belum tahu."

Dalam proposal ke pihak berwenang, Gereja Katolik Jerman telah mengimbau "bernyanyi dengan tenang" dalam kebaktian serta membatasi jumlah jemaat. Sebaliknya Gereja Protestan masih melarangnya.

Daily Mail memberitakan, masih terus ditinjau di Jerman apakah menyanyi juga akan diatur di tempat lain, contohnya di pertandingan sepak bola Bundesliga, yang sementara ini dimainkan tanpa penonton.

Bernyanyi juga berpotensi menyebarkan virus corona di acara-acara besar seperti konser dan festival bir Oktoberfest, yang telah dibatalkan pada 2020.

Baca juga: Presiden Belarus Hadiri Paskah di Tengah Covid-19: Saya Tak Setuju Orang Dihalangi ke Gereja

Seorang juru bicara Kementerian Dalam Negeri Jerman mengatakan, semua acara besar dilarang sampai setidaknya 31 Agustus.

"Itu tergantung pada bagaimana situasi infeksi berkembang," katanya, dikutip dari Daily Mail.

Dalam peraturan terbaru, orang Jerman dapat bertemu teman-teman mereka di taman, makan di restoran, berolahraga, pergi ke gereja, berbelanja di toko-toko, menonton sepak bola, bahkan berenang.

Hingga Kamis (28/5/2020) pagi WIB, Jerman telah mencatatkan total 181.895 kasus Covid-19 menurut data dari Worldometers.

Kematian akibat Covid-19 di Jerman mencapai 8.533 dengan jumlah pasien sembuh 162.800.

Di Eropa, Jerman adalah negara dengan jumlah kasus terbanyak kelima di bawah Spanyol, Inggris, Italia, dan Perancis.

Baca juga: Sempat Jadi Rumah Duka Saat Covid-19, Gereja di Italia Akhirnya Kosong Peti Jenazah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber Daily Mail
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Global
WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

Global
TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

Global
Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Global
Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Global
Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Global
AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

Global
Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Global
Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Global
Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Global
Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Global
Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Global
Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Internasional
Indonesia-Singapore Business Forum 2024 Bahas Arah Kebijakan Ekonomi RI Usai Pemilu

Indonesia-Singapore Business Forum 2024 Bahas Arah Kebijakan Ekonomi RI Usai Pemilu

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com