Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prediksi 450.000 Bayi Indonesia Lahir Usai Pandemi, Begini Kata Media Asing

Kompas.com - 22/05/2020, 19:13 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Ibu hamil di Tasikmalaya pada Januari, Februari, dan Maret 2020 berjumlah 3.219 menurut data Dinas Kesehatan dan Dinas PPKBP3A.

Menurut Uus, jumlah kenaikannya masih wajar jika dibandingkan dengan tiga bulan yang sama pada tahun sebelumnya, yakni sekitar 5 persen.

Meski demikian, ada juga beberapa daerah yang mengalami penurunan, salah satunya adalah Sumatera Selatan.

Dinas Kesehatan Sumatera Selatan, mencatat sebanyak 75.000 angka kehamilan selama pandemi virus corona.

"Dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019, mencapai 83.000 kehamilan. Artinya (angka kehamilan) mengalami penurunan," kata Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Sumsel, Lisa Marniyati pada Kamis (14/5/2020).

Angka kehamilan yang naik selama masa pandemi diprediksi akan menyebabkan ledakan angka kelahiran sembilan bulan sampai setahun ke depan.

Baca juga: Perawat Ini Tewas karena Covid-19 Saat Hamil, Bayinya Lahir dalam Kondisi Sehat

Bisa ada tambahan 300.000-450.000 kehamilan

Ketua Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, membenarkan kemungkinan terjadinya baby boom karena pagebluk corona.

Di luar kehamilan yang memang dikendaki seperti yang dijalani Retno dan Wenni, Hasto menggunakan alat ukur sebagai acuan penghitungan estimasi angka kehamilan.

"Prediksi ini secara biologis bisa ada benarnya, karena data di saya penurunan penggunaan kontrasepsi di bulan Maret dan April bisa 10 persen," kata Hasto dikutip dari ABC News.

"Sedangkan perkiraan saya 10 persen itu bisa mencapai 2-3 juta akseptor."

Menurutnya, bila pasangan usia subur yang putus KB melakukan hubungan seks dua sampai tiga kali seminggu, tingkat kehamilan bisa mencapai 15 persen.

"Jadi 15 persen dari dua sampai tiga juta berarti bisa (ada) 300.000 hingga 450.000 kehamilan."

Baca juga: Kisah Para Ibu Hamil di Wabah Covid-19 Eropa, Antara Optimistis dan Cemas

Mewakili lembaga yang mencatat, memantau, dan melakukan operasi terhadap masalah penggunaan alat kontrasepsi, Hasto mengatakan bahwa pandemi Covid-19 turut menghambat pasangan dalam mengakses alat kontrasepsi.

"(Pandemi ini) ada pengaruhnya karena KB banyak yang harus berulang dilayani setiap bulan. Ada yang harus ambil pil, suntik, pasang cabut susuk, pasang cabut IUD, operasi vasektomi dan tubektomi. Semua ini sangat terpengaruh."

Akseptor, menurut Hasto, pada umumnya merasa ragu untuk mengunjungi klinik atau fasilitas kesehatan karena takut tertular Covid-19, selain dari mengikuti anjuran organisasi dokter.

"Dan juga karena ada anjuran dari organisasi profesi dokter untuk tidak ke rumah sakit dulu kalau tidak emergency (darurat) sehingga akseptor menganggap bahwa KB bukan emergency."

Baca juga: Panjat Tembok Perbatasan Negara, Wanita Hamil Ini Jatuh dan Tewas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com