Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Salahkan China atas 'Pembunuhan Massal' Pandemi Covid-19

Kompas.com - 21/05/2020, 13:14 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Rabu (20/5/2020) lagi-lagi mengecam China atas wabah virus corona. Dia menyalahkan Beijing atas 'pembunuhan massal sedunia' akibat wabah tersebut.

Di dalam kicauannya di Twitter, Trump mengatakan bahwa ada beberapa 'orang gila' di China yang merilis sebuah pernyataan yang isinya menyalahkan pihak di luar China tentang virus corona.

Sosok 'orang gila' ini tidak diidentifikasi oleh Trump. Presiden AS itu kemudian mengatakan, "Tolong katakan pada orang ini, bahwa (ini semua) adalah sebab ketidakmampuan China dan China telah melakukan pembunuhan massal di seluruh dunia."

Baca juga: Rusia Kecam AS Tentang Ancaman Trump soal Covid-19 dan WHO

Virus corona yang pertama kali muncul di salah satu kota di China, yakni kota Wuhan pada akhir Desember 2019 telah menewaskan 323.000 jiwa dan memicu kelumpuhan perekonomian banyak negara di dunia.

Trump yang awalnya berusaha untuk meminimalisir kecamannya sendiri dengan mengatkan berulang kali bahwa dia percaya China sedang menangani wabah itu, berbalik menjadi menyerang dan menyalahkan China atas pandemi virus corona.

Pihak Gedung Putih sendiri tanpa memberikan bukti mengatakan bahwa virus corona berasal dari sebuah laborotarium dan secara tidak sengaja menyebar.

Baca juga: Sebut WHO Boneka China, Trump Disindir Tak Mau Tanggung Jawab

Selain berulang kali memberikan ancaman terhadap saingan perekonomian nomor satunya itu, Trump juga mengancam akan memotong pendanaan kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO) karena menganggap badan internasional itu telah bekerja sama dengan China dalam menyembunyikan wabah.

Keretakan hubungan diplomatik dengan cepat terbuka setelah Trump merayakan gencatan senjata dalam perang dagangnya dengan China dan muncul setelah berbulan-bulan melakukan pujian untuk Presiden China, Xi Jinping.

Baca juga: Virus Corona, Trump Beri Ultimatum ke WHO

Kebohongan AS

Meski begitu, ketegangan juga pernah merebak di China di mana juru bicara kementerian luar negeri Zhao Lijian memicu amarah Washington dengan mempromosikan teori konspirasi yang mengatakan bahwa virus corona sebenarnya adalah virus yang dibawa pertama kali oleh tentara AS ke China.

Zhao pada Rabu menyoroti apa yang disebutnya sebagai 'kesalahan dan celah AS, kebohongan dan rumor-rumor AS."

"AS tampaknya telah lupa bahwa di masa lalu, para pemimpin AS telah berulang kali dan secara terbuka memuji kerja anti-Epidemi China," kata Zhao.

Zhao menyalahkan para politisi AS "yang ingin mengubah kesalahan tetapi tidak bisa menghilangkannya."

Baca juga: Trump Beberkan Kesalahan WHO dan Ancam Pendanaan Distop Permanen

Sementara itu, selama panggilan telepon dengan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, Xi menekankan bahwa China menentang tindakan yang mengganggu kerja sama anti-Epidemi internasional dan membahayakan upaya dunia terutama bagi negara berkembang untuk melawan pandemi virus corona.

Hal itu dilaporkan oleh kantor berita negara Xinhua.

"China bersedia untuk terus bekerja dengan komunitas internasional, termasuk Bangladesh, untuk mendukung peran kepemimpinan WHO, mempromosikan kerja sama pencegahan dan pengendalian bersama internasional, dan menjaga keamanan kesehatan masyarakat global," kata Xi.

Baca juga: Kunjungi Pabrik Ford, Trump Sebut AS Raja Ventilator dan Sukses Tangani Covid-19

Tetapi Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan pada konferensi pers pada Rabu bahwa krisis Covid-19 telah mengakhiri ilusi AS tentang hubungan dekat dengan China.

Dia mengatakan "kami sangat meremehkan sejauh mana Beijing secara ideologis dan politis berseteru dengan negara-negara bebas."

Pompeo, pejabat terdekat Trump, mengatakan China dipimpin oleh "rezim otoriter yang brutal."

Baca juga: Cegah Covid-19, Trump Mengaku Minum Obat Malaria Hidroksiklorokuin Setiap Hari

"Tanggapan Partai Komunis China terhadap wabah Covid-19 di Wuhan telah mempercepat pemahaman kami yang lebih realistis tentang Komunis China," kata Pompeo.

"Hari ini, ketika kita semua duduk di sini pagi ini, Beijing terus menolak akses penyelidik ke fasilitas-fasilitas yang relevan, menahan sampel virus hidup, untuk menyensor diskusi tentang pandemi di China dan (masih) banyak lagi."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com