Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikonsumsi Berlebihan di Turki, Populasi Katak Air Ini Menurun

Kompas.com - 13/05/2020, 15:57 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

ANKARA, KOMPAS.com - Katak air dalam ancaman kepunahan di beberapa tempat asli mereka di beberapa wilayah Turki akibat panen berlebihan yang dilakukan manusia.

Dilansir Independent, populasi katak air itu turun sekitar 20 persen setiap tahun antara 2013 dan 2015 di delta Ceyhan dan Seyhan Turki.

Para peneliti dari Universitas Ege, Universitas Teknik Timur Tengah, Universitas Stony Brook dan pemerintah Turki, memperkirakan 90 persen peluang katak akan tersapu bersih di wilayah Cukurova di selatan-tengah pada 2050.

Jika tren panen katak ini berlanjut, mereka bahkan dapat punah pada 2032.

Baca juga: Kali Pertama dalam Sejarah, Fosil Katak Ditemukan di Antartika

Industri panen katak di Turki, yang berusia sekitar 40 tahun, bernilai hampir 4 juta dolar AS (setara dengan Rp 59 miliar) setiap tahun.

Lebih dari 36 juta amfibi itu diekspor dari Turki setiap tahun, terutama ke negara-negara di Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Amfibi banyak dimakan di Asia Timur dan tenggara, serta di AS dan Perancis. Investigasi bersama oleh kelompok Moving Animals dan The Independent pada Februari menemukan bahwa katak hidup dijejalkan ke dalam bak dan dijual di pasar jalanan di Vietnam.

Studi baru yang diterbitkan dalam jurnal konservasi Oryx mengatakan bahwa Turki menduduki posisi genting dalam garis "kepunahan domino", di mana tekanan untuk memanen katak dapat mengancam populasi lain yang saat ini stabil.

Baca juga: Serba-serbi Hewan: Kenapa Katak Bernyanyi Usai Hujan?

Kerim Cicek, salah satu penulis mengatakan, “Menurunnya populasi amfibi di seluruh dunia dapat memiliki dampak yang tidak dapat dipulihkan dan merusak ekosistem alami dan kesejahteraan manusia.

Mereka adalah komponen integral dari banyak ekosistem, sering menjadi fraksi biomassa vertebrata tertinggi."

Dia juga menambahkan bahwa literatur tentang penurunan populasi amfibi dan pelestariannya telah meningkat beberapa kali lipat setiap tahunnya.

"Kita harus menghentikan penurunan amfibi yang mengkhawatirkan sebelum terlambat," imbuhnya.

Baca juga: Ilmuwan AS Gunakan Sel Katak untuk Hidupkan Robot di Masa Depan

Namun, solusinya mungkin tidak sesederhana melarang panen katak berlebihan. Ketika panen katak dilarang di Perancis dan Rumania, ekspor katak liar dari India dan Bangladesh meningkat, kata para penulis.

Ketika panen kemudian dilarang di negara-negara itu, masalah penurunan populasi katak ditiru di Indonesia dan China yang sekarang menjadi pengekspor katak terbesar.

Panen katak rata-rata dari wilayah delta Ceyhan dan Seyhan adalah sekitar 327 ton per tahun atau sekitar 17 juta katak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com