Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: Herd Immunity untuk Virus Corona adalah "Konsep Berbahaya"

Kompas.com - 12/05/2020, 22:39 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Telegraph

JENEWA, KOMPAS.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengecam teori herd immunity terkait wabah virus corona, menyebutnya sebagai "konsep berbahaya".

Herd immunity atau kekebalan kelompok adalah istilah epidemiologi, pada dasarnya menjelaskan bagaimana populasi terlindungi dari wabah tergantung seberapa banyak yang sudah divaksin.

Misalnya, ketika 90-95 orang dari populasi itu divaksin, seharusnya itu sudah cukup melindungi kalangan yang tidak bisa mendapat inokulasi.

Baca juga: Apa Itu Herd Immunity, dan Mengapa Bisa Sebabkan Kematian Massal?

Seperti contohnya adalah bayi yang belum mencapai usia untuk bisa diimunisasi, sebagaimana dibeiitakan The Telegraph Selasa (12/5/2020).

WHO menerangkan, keputusan untuk mengimplementasikan konsep herd immunity di tengah virus corona sangatlah berbahaya, dan menekankan "tidak ada yang selamat sebelum semuanya selamat".

Dr Mike Ryan, direktur eksekutif program darurat kesehatan organisasi PBB itu dalam konferensi pers di Jenewa berujar, manusia bukanlah kawanan ternak.

"Ini adalah penyakit serius. Ini adalah musuh publik nomor satu. Kami mengatakannya lagi, lagi, dan lagi," papar Dr Ryan.

Dia menuturkan tidak ada yang selamat hingga semua populasi selamat, dan mengaku khawatir jika ada negara yang sampai menerapkan konsep ini.

Ryan mengaku tidak bisa membayangkan jika ada negara yang "secara ajaib" bisa mengatasi wabah itu berbekal pemahaman kekebalan kelompok.

Baca juga: Dinilai Terlalu Berisiko, Singapura Tidak Terapkan Herd Immunity

"Ini adalah kalkukasi yang sangat berbahaya. Saya tidak yakin jika ada negara yang berani membuat keputusan ini," papar dia.

Ryan menjelaskan, setiap negara tentunya bakal memerhatikan semua warganya karena mereka menghargai kehidupan setiap individu.

Dia meyakini, negara-negara akan sekuat tenaga melindungi kesehatan rakyatnya sementara di saat bersamaan, melindungi ekonomi mereka.

"Tentunya kita harus memastikan sudah mendapat prioritas yang benar ketika memasuki fase lanjutan dalam perang melawan wabah ini," kata dia.

Dr Maria Van Kerkhove, koordinator teknis respons WHO atas virus corona berujar, dari investigasi awal, diketahui bahwa populasi yang terinfeksi berada dalam tingkatan sangat rendah.

Baca juga: Swedia Disebut Terapkan Herd Immunity, Begini Bahayanya Menurut Epidemiolog

Dr Van Kerkhove mengtaakan, nampaknya terdapat pola yang konsisten bahwa sejumlah kecil orang mempunyai antibodi atas patogen ini.

Dia menjabarkan data ini penting untuk menguji seberapa ampuh klaim herd immunity jika diterapkan ke masyarakat dalam skala besar.

"Anda pikir saja, berapa banyak imunitas yang dibutuhkan oleh populasi tersebut untuk saling melindungi," paparnya dalam jumpa pers.

Dia mengaku pihaknya tidak tahu persis berapa tingkatan yang dibutuhkan bagi masyarakat agar sukses dalam menerapkan situasi kekebalan kelompok.

Baca juga: Mengenal Herd Immunity yang Digadang-gadang Dapat Hentikan Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber Telegraph
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

Global
Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Global
Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Global
Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Global
Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Global
Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Global
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

Global
Serangan Israel ke Iran Sengaja Dibatasi Cakupannya

Serangan Israel ke Iran Sengaja Dibatasi Cakupannya

Global
Unilever Tarik Kembali Produk Magnum Almond Terkait Kontaminasi Plastik dan Logam di Inggris dan Irlandia

Unilever Tarik Kembali Produk Magnum Almond Terkait Kontaminasi Plastik dan Logam di Inggris dan Irlandia

Global
Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut di Malaysia, 10 Korban Tewas, Tak Ada yang Selamat

Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut di Malaysia, 10 Korban Tewas, Tak Ada yang Selamat

Global
Rishi Sunak Janjikan Paket Militer untuk Ukraina hingga Rp 10 Triliun

Rishi Sunak Janjikan Paket Militer untuk Ukraina hingga Rp 10 Triliun

Global
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Kim Jong Un Awasi Latihan Serangan Balik Nuklir

Kim Jong Un Awasi Latihan Serangan Balik Nuklir

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com