TAIPEI, KOMPAS.com - Wabah Covid-19, yang pertama kali merebak di kota China bernama Wuhan pada akhir Desember 2019, sudah menjadi momok dunia.
Sebab saat ini, virus yang mirip dengan Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) itu sudah menjangkiti lebih dari 2,4 juta orang di seluruh dunia.
Di tengah ketakutan akan mewabahnya Covid-19, sejumlah negara dengan pemimpin perempuan menuai pujian atas penanganan mereka.
Baca juga: Kontroversi Penyebutan Gelar Kartini, Raden Ajeng atau Raden Ayu?
Tidak hanya karena mereka menggelar tes secara massal, tetapi juga bagaimana mereka menyikapi wabah tersebut dengan penuh belas kasih.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut merupakan kiprah sejumlah 'Kartini" dunia dan bagaimana kepemimpinan mereka di tengah virus corona.
Saat ini, Negeri "Bir" itu termasuk salah satu negara terdampak cukup parah karena wabah itu, berdasarkan data dari situs Worldometers.
Berlin melaporkan 146.777 kasus infeksi, dan berada di urutan kelima negara dengan jumlah penularan terbanyak di seluruh dunia.
Meski begitu, tingkat kematian Jerman tergolong rendah. Mereka hanya melaporkan 4.802 korban meninggal, atau sekitar 1,6 persen.
Baca juga: Sambut Hari Kartini dengan 7 Makanan Khas Jepara
Bandingkan negara Eropa lainnya seperti Italia dengan rerata kematian 12 persen, atau Spanyol, Perancis, dan Inggris yang sama-sama mencatatkan 10 persen.
Begitu pula dengan AS sebagai negara dengan kasus infeksi dan kematian terbanyak dunia mencatatkan rata-rata kematian tiga persen.
Keberadaan Kanselir Angela Merkel, yang berkuasa sejak 2005, menjadikan Jerman sebagai negara dengan skala tes virus corona terbesar Eropa.
Merkel memerintahkan dilaksanakan 350.000 tes setiap pekan, sehingga mereka bisa mendeteksi gejala lebih cepat dan merawat secara efektif.
Selain itu, Merkel yang merupakan doktor bidang kimia kuantum juga menginstruksikan supaya ranjang di bagian perawatan intensif diperbanyak.
Baca juga: Judul dan Liriknya Berbeda, Berikut Sejarah Lagu Ibu Kita Kartini
Ketika pertama kali menjabat pada 2016, Presiden Tsai Ing-wen langsung menuai perhatian dunia setelah menolak mengakui prinsip "satu china".
Kini di tengah merebaknya patogen dengan nama SARS-Cov-2 itu, dia juga menjadi perbincangan karena negaranya dianggap berhasil menangani wabah.