Tujuan utama adalah perbandingan statistik peningkatan pasien antara kedua kelompok pengobatan.
Peningkatan diukur menggunakan skala numerik tujuh poin yang meliputi kematian (paling buruk) dan keluar dari rumah sakit (hasil terbaik), dengan berbagai tingkat oksigen tambahan dan intubasi di antaranya.
Intubasi adalah penyisipan tabung ke dalam tubuh pasien, khususnya tabung ventilasi buatan ke dalam trakea.
Kurangnya kelompok kontrol dalam penelitian dapat membuat penafsiran hasil lebih menantang.
Kurangnya data telah menyebabkan ekspektasi terhadap obat. Dua studi di China pendaftarannya ditangguhkan sebagian karena tidak tersedia cukup banyak pasien.
Sebuah laporan baru-baru ini dari pasien yang diberikan obat di bawah program khusus untuk membuatnya tersedia bagi mereka yang sakit parah menimbulkan kegembiraan sekaligus skeptisisme.
Dalam istilah ilmiah, semua data bersifat anekdotal sampai uji coba lengkap dibacakan, artinya data tersebut tidak boleh digunakan untuk menarik kesimpulan akhir. Tetapi beberapa anekdotnya dramatis.
Baca juga: Trump Luncurkan Panduan Membuka Amerika Kembali di Tengah Wabah Covid-19
Slawomir Michalak, seorang pekerja pabrik berusia 57 tahun dari pinggiran barat kota Chicago, termasuk di antara peserta dalam studi di Chicago.
Salah satu putrinya mulai merasa sakit pada akhir Maret dan kemudian didiagnosis dengan Covid-19 ringan.
Michalak, sebaliknya, mengalami demam tinggi dan melaporkan sesak napas dan sakit parah di punggungnya.
"Rasanya seperti seseorang meninju saya di paru-paru," katanya kepada STAT News.
Atas desakan istrinya, Michalak pergi ke rumah sakit Universitas Kedokteran Chicago pada Jumat, 3 April.
Demamnya melonjak hingga 104 dan dia berusaha untuk bernapas. Di rumah sakit, dia diberi oksigen tambahan.
Dia juga setuju untuk berpartisipasi dalam uji coba klinis kasus Covid-19 yang parah dari Gilead. Infus remdesivir pertama yang diberikan adalah pada Sabtu, 4 April.
“Demam saya turun segera dan saya mulai merasa lebih baik,” kata Michalak. Dosis kedua pada Minggu, Michalak mengatakan dia tidak memerlukan bantuan oksigen tambahan.
Dia menerima dua infus remdesivir setiap hari dan cukup pulih untuk dikeluarkan dari rumah sakit pada Selasa, 7 April.
“Remdesivir adalah keajaiban,” kata Michalak. Kini dunia sedang menunggu apakah kabar itu benar adanya.
Baca juga: Galang Dana dengan Jalan Kaki untuk NHS, Veteran Ini Kumpulkan Rp 309 Miliar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.