Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Corona Belum Reda, tapi AS Bersiap Buka Kembali Negaranya pada Mei

Kompas.com - 13/04/2020, 07:57 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) mengatakan kemungkinan siap membuka lagi negaranya secara bertahap bulan depan.

Kabar tersebut disampaikan pada Minggu (12/4/2020) oleh pakar penyakit menular dari pemerintah, meski tanda-tanda pandemi virus corona sedang memuncak di AS.

Presiden Donald Trump sebelumnya menginginkan AS "bersiap" pada Minggu kemarin, tapi sebagian besar negara bagian masih bergeming dan gereja merayakan Paskah secara online.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Kue Gulungan Tisu di Finlandia | Korban Covid-19 AS Tertinggi di Dunia

Virus corona di Negeri "Uncle Sam" sudah menewaskan lebih dari 20.000 orang.

Trump telah mempertimbangkan keputusan tentang kapan melonggarkan penutupan negara, seiring tekanan yang tertuju kepadanya dari beberapa sekutu konservatif yang menginginkan perekonomian kembali digerakkan.

Dr Anthony Fauci pakar pandemi senior dalam sebuah wawancara televisi mengatakan, beberapa negara bagian dapat mulai mengurangi pembatasan bulan depan, asalkan tetap berhati-hati.

"Saya pikir itu mungkin bisa dimulai dalam beberapa cara mungkin bulan depan," kata pria yang menjabat kepala Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular itu, kepada CNN.

Baca juga: Diancam Atas Konsistensinya Terkait Virus Corona, Keamanan Dr Anthony Fauci Ditingkatkan

"Kami berharap akhir bulan ini kita dapat melihat-lihat dan berkata, oke, apakah ada bagian di sini yang kita dapat mulai lagi dengan aman dan berhati-hati?" lanjutnya.

"Jika ada, lakukanlah. Jika tidak, maka teruslah berdiam diri," ucap Fauci dikutip dari AFP.

Fauci mengatakan, daerah-daerah akan siap pada waktu yang berbeda-beda ketika AS mulai "menyalakan lampu".

Baca juga: Mengapa Kasus Covid-19 di New York Terbanyak di Dunia? Ini Penyebabnya

Sementara itu Stephen Hahn komisaris Administrasi Obat-obatan dan Makanan AS mengatakan, masih terlalu dini negara akan dibuka kembali pada 1 Mei.

"Kami berharap target itu terwujud, tetapi saya pikir masih terlalu dini untuk bisa mengatakan itu," ungkap Hahn dalam sebuah wawancara dengan ABC.

Tidak seperti di sebagian besar negara-negara Barat, keputusan lockdown di AS diserahkan ke pemerintah daerah, bukan presiden.

Para pemimpin dari sejumlah negara bagian dengan dampak Covid-19 terparah telah menjelaskan, mereka akan mengambil tindakan selama diperlukan.

Baca juga: Catatkan Kasus Covid-19 Terbanyak di Dunia, New York Gali Kuburan Massal

"Saya khawatir jika kita membuka terlalu dini dan kesehatan kita belum cukup pulih dan belum memiliki penawar virus, kita dapat membuatnya bertambah parah, bahkan secara tidak sengaja," kata Gubernur New Jersey Phil Murphy dari Partai Demokrat, kepada CNN.

Kemudian Gubernur Maryland, Larry Hogan dari Partai Republik, memperingatkan "batas waktu buatan" dan menyerukan pengujian lebih luas.

Pada awal Maret Trump mengatakan setiap orang Amerika yang ingin dites virus corona dapat melakukannya.

Namun ketika AS kekurangan alat tes virus corona, ia menarik kembali ucapannya dengan berkata pedesaan bukanlah prioritas.

Baca juga: Sempat Bilang Persediaan Penuh, Trump Kini Akui Kemungkinan Kekurangan Ventilator

Sangat optimis

AS pernah mencatatkan 2.000 korban meninggal sehari, yang merupakan jumlah korban Covid-19 harian tertinggi di dunia.

Sebagian besar korban adalah lansia dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, dan etnis minoritas dengan lebih sedikit akses ke perawatan kesehatan.

Namun Fauci mengatakan dia "sangat optimis", karena penerimaan masuk ke rumah sakit dan perawatan intensif mulai menurun, termasuk di New York yang dampaknya terburuk.

"Ada tanda wabah tidak hanya telah diratakan, tapi sudah mulai menurun," katanya dikutip dari AFP.

Baca juga: Tenaga Medis New York Kenang Rekan Mereka yang Gugur Merawat Pasien Covid-19

Fauci yang telah menjadi penasihat enam presiden beruntun, dalam wawancara dengan CNN menganggap bahwa AS seharusnya bisa menyelamatkan nyawa dengan menutup ruang publik, ketika virus mulai merebak awal Januari.

"Tapi ada banyak tekanan saat hendak menutup segala hal saat itu," kata Fauci tanpa menyebut nama Trump.

Trump sendiri telah menjanjikan ekonomi yang kuat dalam janji kampanyenya di pemilu AS 2020, yang akan berlangsung pada November mendatang.

Sebab, sekitar 17 juta orang telah kehilangan pekerjaan dalam beberapa minggu terakhir, dan Joe Biden rivalnya dari Partai Demokrat telah mengkritiknya yang tidak berbuat banyak untuk menghentikan wabah virus corona.

Baca juga: Tanpa Sanders, Biden Melenggang Mulus di Primary Alaska

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com