Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laboratorium di Wuhan Teliti Kelelawar dari Goa Diduga Asal Virus Corona

Kompas.com - 12/04/2020, 18:59 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sebagai bagian dari penelitian NIH di sana, peneliti mengembangkan virus corona, dan menyuntikkannya pada anak babi berusia tiga hari.

Baca juga: Virus Corona Ternyata Tak Berasal dari Pasar Seafood Wuhan, Ini Faktanya

Berdasarkan laporan yang tidak terverifikasi, peneliti di sana menjadi terinfeksi setelah disemprot darah yang mengandung virus, dan diduga menularkannya ke warga sekitar.

Institut kedua di sana, Pusat Pengendalian Penyakit Wuhan, yang hanya berjarak 4,8 km dari Huanan, diyakini juga mengembangkan penelitian untuk melihat transmisi patogen.

Institut Wuhan, yang menyimpan 1.500 jaringan virus, adalah lembaga yang berfokus pada "patogen paling berbahaya", terkait virus yang dibawa kelelawar.

Pemerintah China memutuskan membangun tempat itu setelah dunia diguncang wabah Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) pada 2002-2003.

SARS, yang juga berasal dari keluarga virus corona, membunuh 775 orang dan menginfeksi lebih dari 8.000 orang di seluruh dunia.

Sejak wabah Covid-19 merebak, teori demi teori konspirasi pun bermunculan mengenai dugaan dari mana penyakit itu berasal.

Beberapa dari pengusul teori itu beranggapan virus bernama resmi SARS-Cov-2 adalah senjata biologis, dan sengaja dikembangkan.

Ada juga yang berpikiran bahwa penyakit tersebut tidak sengaja bocor keluar dari laboratorium. China berkali-kali membantah anggapan tersebut.

Dalam konferensi pers Februari, Shi Zengli, wakil direktur institut, menjamin "dengan hidupnya sendiri" bahwa wabah itu tak ada kaitannya dengan tempat kerjanya.

Baca juga: Penjual Udang di Pasar Seafood Wuhan Mungkin adalah Pasien Nol Virus Corona

Dia mengaku ketika dipanggil untuk menyelidiki penyakit itu, dia sempat berpikiran SARS-Cov-2 berasal dari unit yang dipimpinnya.

Tetapi dia mengaku tak menyangka adanya wabah di Wuhan, berlokasi di jantung China, sejak studinya menyatakan area subtropis mempunyai risiko tinggi transmisi "zoonotic" ke manusia.

Dalam jurnal Scientici American Maret lalu, Shi mengungkapkan betapa dia lega setelah mengetahui genome SARS-Cov-2 tak sama dengan sampel mereka.

Pendapat Shi diperkuat keterangan Dr Keusch, Profesor Kedokteran dan Kesehatan Internasional di Jurusan Kedokteran dan Kesehatan Publik Universitas Boston.

Dia mengatakan tidak pernah ada ceritanya ada virus yang bisa keluar dari laboratorium dengan tingkat keamanan tertinggi seperti di Wuhan.

Keusch menekankan lab itu didesain dengan standar sistem keselamatan tertinggi dan pelatihan terbaik yang pernah diberikan.

"Kebanyakan dari penelitinya menjalani pelatihan di Galveston, Texas. Jadi, kami tahu tim di Wuhan itu berkompeten seperti di Texas," tegasnya.

Baca juga: Virus Corona, Dokter Italia Temukan Pneumonia Aneh sejak November 2019

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com