PARIS, KOMPAS.com - Dua dokter di Perancis dikecam dan dianggap rasialis setelah mengusulkan agar tes vaksin virus corona dilakukan pada orang Afrika.
Dokter Jean-Paul Mira dan Camille Locht disebut melontarkan pernyataan itu dalam diskusi yang ditayangkan kanal televisi LCI, Rabu (1/4/2020).
Saat itu, diskusinya menyangkut apakah vaksin tuberkolosis BCG bisa digunakan melawan virus corona, dengan pengujiannya dilakukan di Eropa atau Australia.
Baca juga: Virus Corona Meluas di Afrika, 13 Negara Tertular dalam Seminggu Terakhir
"Ini mungkin terdengar provokatif. Tapi bisakah jika kita menggelar studi itu di Afrika," kata Mira, kepala unit perawatan intensif di Rumah Sakit Cochin, Paris.
Dilansir Al Jazeera Sabtu (4/4/2020), Mira menerangkan bahwa masyarakat di sana tidak melindungi diri sendiri, jadi potensi terpapar bakal terbuka.
"Di sana tidak ada masker, tak ada perawatan intensif atau pengobatan lain, seperti sejumlah studi terkait AIDS," terang dia.
Ucapan Mira itu mendapat tanggapan dari Locht, direktur penelitian di Institut Kesehatan Nasional Perancis, atau Inserm.
"Anda benar. Omong-omong, kami juga memikirkan secara paralel mengenai penelitian di Afrika menggunakan pendekatan yang sama," kata dia.
Tak pelak, ucapan dua pakar itu mendapat kecaman dari mantan pemain sepak bola asal Pantai Gading, Didier Drogba, di Twitter.
"Sangat memilukan jika mendengar ini. Afrika bukanlah laboratorium pengujian. Saya ingin mengecam ucapannya yang rendah, salah, dan cenderung rasialis ini," terang Drogba.
Politisi dari Partai Sosialis, Olivier Faure, tidak kalah keras dalam menyuarakan kecaman. "Afrika bukan tikus! Mereka bukan laboratorium Eropa!" kata dia.
It is totally inconceivable we keep on cautioning this.
Africa isn’t a testing lab.
I would like to vividly denounce those demeaning, false and most of all deeply racists words.Helps us save Africa with the current ongoing Covid 19 and flatten the curve. pic.twitter.com/41GIpXaIYv
— Didier Drogba (@didierdrogba) April 2, 2020
Kelompok anti-rasialis, SOS Racisme, meminta kepada regulator media Negeri "Anggur" (CSA) untuk secara terbuka menyesalkan siaran itu.
Adapun persatuan advokat Maroko, atau Le Club des avocats au Maroc, menyatakan mereka berencana menggugat Mira atas tuduhan rasialis.
Baca juga: Gas Air Mata dan Peluru Karet, Cara Afrika Tertibkan Warganya Saat Lockdown
Di Twitter, Inserm selaku tempat kerja Locht merilis pernyataan dengan tagar #FakeNews, dan menerangkan bahwa tayangan itu melebar dari konteks.
"Video menyimpang, diambil dari wawancara LCI dengan salah satu peneliti kami terkait studi potensi vaksin BCG melawan Covid-19 kini menjadi subyek interpretasi ngawur," kata Inserm.