Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obati Pasien Virus Corona, Pakar Ingatkan Pasokan Klorokuin yang Kian Terbatas

Kompas.com - 03/04/2020, 08:30 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber AFP

PARIS, KOMPAS.com - Stok global terhadap obat malaria menjadi semakin terbatas, obat ini menjadi pengganti sementara sambil menunggu hasil uji klinis untuk mengobati pasien infeksi Covid-19. Dokter telah memperingatkannya pada hari Kamis (2/4/2020).

Klorokuin (CQ) dan hidroksi klorokuin (HCQ) memiliki kegunaan untuk mengobati malaria, dan memiliki sifat anti-Virus. 

Seluruh dunia kini memperluas akses dua obat tersebut. Menurut penelitian di Perancis dan China, obat malaria tersebut menunjukkan hasil awal yang baik terhadap pasien dengan virus corona.

Baca juga: FDA Keluarkan Izin Terbatas Penggunaan Klorokuin untuk Pengobatan Covid-19 di AS

Klorokuin digunakan sebagai anti-Inflamasi, yaitu untuk mengobati kondisi seperti rheumatoid arthritis dan lupus, yang banyak digunakan di daerah tropis.

Ditulis pada Annals of Rheumatic Diseases, para dokter di Italia, negara paling terdampak oleh virus corona, mengungkapkan bahwa keterbatasan pasokan dua obat malaria tersebut dapat mengacaukan setiap upaya (pengobatan) yang semakin meluas.

Diketahui bahwa kedua obat tersebut sementara ini, mampu melawan virus corona.

Baca juga: Benarkah Klorokuin dan Pil Kina Berpotensi Atasi Corona?

Mereka memperingatkan bahwa sangat penting bagi pasien yang sudah menggunakan klorokuin untuk penyakit selain virus corona.

Mereka membutuhkan itu, dan tidak boleh kekurangan pasokan.

Dilansir melalui surat kepada media Perancis AFP, "Beberapa negara Eropa, ketersediaan dua obat tersebut, di luar rumah sakit, sudah langka," kata Francesca Romana Spinelli, asisten profesor di Universitas Sapienza Roma.

"Ini adalah masalah yang muncul untuk banyak pasien yang sudah diobati dengan CQ/HCQ untuk penyakit rematik autoimun mereka."

Baca juga: Minum Klorokuin yang Dipakai Membersihkan Akuarium, Pria di AS Tewas

Kedua obat diketahui memiliki sifat anti-Virus dan telah menunjukkan hasil yang menuju positif dalam uji coba terhadap Covid-19.

Tapi, kedua obat tersebut memiliki sejumlah efek samping yang berpotensi serius dalam tubuh pasien.

Muncul kekhawatiran bahwa ketika mengobati pasien Covid-19, banyak dari pasien yang sedang dalam terapi pengobatan memiliki risiko kematian akan obat tersebut.

Pada Rabu (01/4/2020), Badan Kedokteran Eropa memperingatkan bahwa CQ dan HCQ hanya boleh digunakan pada pasien Covid-19 dalam uji klinis atau dalam kasus "darurat nasional".

Baca juga: Studi Perancis: Gabungan Klorokuin dan Antibiotik Bisa Kurangi Durasi Infeksi Virus Corona

Sementara menurut Iain McInnes, Presiden Liga Eropa Melawan Rematik (EULAR), mengatakan bahwa lebih banyak penelitian diperlukan sebelum pemerintah dapat mempertimbangkan peluncuran dua obat tersebut untuk melawan virus corona.

"Pengalihan pasokan obat dari orang dengan penyakit rematik dan muskuloskeletal, dapat membahayakan kesehatan kelompok pasien tersebut (karena adanya wabah corona), di Eropa dan sekitarnya," ujarnya.

Dalam surat tersebut, dokter Italia mengatakan bahwa, "Menggunakan CQ dan HCQ sebagai pengobatan Covid-19 yang tersebar luas akan mengalami masalah etika, mengingat efek samping yang diketahui selama ini."

"Jika profilaksis massal diterima sebagai opsi di seluruh dunia, ini akan menimbulkan pertanyaan apakah ada cukup pasokan chloroquine dan hydroxychloroquine untuk mendukung, pendekatan (penyembuhan dengan obat) ini," imbuhnya.

Baca juga: Ingin Cegah Virus Corona, Pasutri Malah Jadi Korban Klorokuin Fosfat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com