Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Racik Vaksin Corona, Johnson & Johnson Mulai Uji Coba pada September

Kompas.com - 31/03/2020, 07:46 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Senin (30/3/2020) Johnson & Johnson mengatakan akan mulai menguji coba kandidat vaksin virus corona pada September 2020, dan siap untuk digunakan darurat awal tahun depan.

Perusahaan farmasi ini telah menandatangani perjanjian dengan Otoritas Penelitian dan Pengembangan Biomedis Lanjutan dari pemerintah Amerika Serikat (AS), dengan nilai investasi 1 miliar dollar AS (sekitar Rp 16,3 triliun).

Angka tersebut merupakan proyek vaksin terbesar meski perusahaan raksasa farmasi di AS ini belum memulai uji klinis seperti yang dilakukan perusahaan lainnya.

Kesepakatan itu ditandatangani oleh Kantor Layanan Kesehatan dan Kemanusiaan Asisten Sekretaris untuk Persiapan dan Respons AS (ASPR) pada Jumat (27/3/2020).

Baca juga: Kabar Baik di Tengah Wabah Corona: AS Jalin Kerja Sama dengan Johnson & Johnson untuk Vaksin Covid-19

Johnson & Johnson mulai meracik vaksin Covid-19 pada Januari, menggunakan teknologi yang sama untuk mengembangkan kandidat vaksin Ebola.

Paul Stoffels kepala petugas ilmiah perusahaan itu mengatakan, timnya telah menggabungkan virus flu biasa yang tidak dapat ditiru dengan bagian-bagian dari virus corona.

Hasil dari eksperimen ini diharapkan dapat memicu respons kekebalan manusia.

Baca juga: Kapan Vaksin Corona atau Covid-19 Siap Diedarkan?

"Kami memiliki beberapa kandidat vaksin yang kami uji pada hewan untuk memilih yang terbaik, yang membutuhkan waktu 12 minggu, dari 15 Januari hingga hari ini," kata Stoffels dikutip dari AFP.

Mereka juga harus mengevaluasi kandidat vaksin mana yang dapat ditingkatkan.

"Untuk memastikan di satu sisi itu berhasil, dan di sisi lain kita dapat menghasilkan banyak," tambahnya.

Baca juga: Berikut 14 Vaksin Virus Corona yang Memasuki Tahap Uji Coba

Meskipun belum pernah ada vaksin manusia yang berhasil untuk keluarga virus corona, Stoffels mengatakan dia yakin dapat mencapai tonggak sejarah ini.

Keyakinannya berdasar pada Johnson & Johnson yang bekerja dengan tim yang sama saat mengembangkan kandidat vaksin SARS, yang menewaskan 800 orang antara tahun 2002-2003.

"Pertanyaannya adalah, dapatkah Anda berlindung dari infeksi atau berlindung dari penyakit parah?"

"Dalam banyak penyakit seperti influenza, ketika Anda melakukan vaksinasi setiap tahun, Anda melindungi diri dari penyakit parah. Anda tidak selalu berlindung dari infeksi," lanjut Stoffels.

Baca juga: Mengenal Bio Farma, BUMN Spesialis Vaksin Peninggalan Belanda

Johnson & Johnson juga harus memastikan vaksin ini tidak jadi bumerang, yang membuat orang berisiko lebih tinggi terkena penyakit.

Halaman:
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com