Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Tengah "Lockdown" Italia, Anak-anak Masih Leluasa Main di Luar

Kompas.com - 16/03/2020, 12:42 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP,pri.org

ROMA, KOMPAS.com- Tidak mudah menjaga anak-anak tetap di dalam rumah, selama masa lockdown diberlakukan di Italia. Beberapa ada yang masih leluasa bermain di luar.

Dilansir dari pri.org, Magda Vanzo salah satu penjual es krim di wilayah Lombardia, mengatakan masih ada anak-anak yang membeli dagangannya, walau aturan karantina telah diterapkan.

"Akan sangat sulit jika (karantina) ini berlangsung lebih lama."

"Aku memahami kenapa mereka (pemerintah) memutuskan untuk menutup sekolah, tapi aku pikir itu agak tidak bermanfaat."

"Orangtua harus mencari cara untuk menghibur anaknya setiap saat, dan pada akhirnya mereka tetap berkunjung ke tempat ramai," ujar wanita berusia 33 tahun itu.

Baca juga: Tak Marah, Begini Reaksi Selebritas Dunia Tertipu Video Karantina Virus Corona di Italia

Ironisnya, di tengah kondisi genting saat ini, Vanzo mengaku toko es krimnya lebih ramai sejak sekolah ditutup.

Sementara itu untuk anak-anaknya sendiri, Vanzo menyerahkannya ke suaminya yang bisa libur dari pekerjaannya. Mereka punya anak kembar berusia 4 tahun.

Senada dengan Vanzo, Patrizio Lili (47) juga mengalami hal serupa. Dia memercayai pengasuhan anaknya ke istrinya yang bekerja remote dari rumah.

Baca juga: Virus Corona, Italia Catatkan 24.747 Kasus, 2.335 Berhasil Sembuh

"Mereka berusia 16 dan 12 tahun. Tidak masalah meninggalkan mereka di rumah selama beberapa hari, tapi tidak tahu bagaimana seterusnya."

Dia merasa lockdown ini berlebihan dan tidak banyak membantu untuk menahan penyebaran virus corona.

"Anak-anak tetap saja bertemu dengan teman-temannya, lalu apa gunanya (karantina ini)?" kata Lili.

Baca juga: Kisah Warga Italia Saat Lockdown, dari Interaksi Sosial menjadi Virtual

Di sisi lain, istri Lili mengatakan penutupan sekolah adalah langkah yang bagus, tapi pemerintah juga perlu memberi bantuan ke keluarga-keluarga.

Terkait hal itu, pemerintah "Negeri Piza" telah menganggarkan 7,5 miliar euro (sekitar Rp 124 triliun) untuk memberi bantuan ke keluarga, terkait kondisi finansial yang digempur akibat penyebaran Covid-19.

Baca juga: Tangani Virus Corona, Dompet Dhuafa Siapkan 3 Rumah Sakitnya

Anak-anak berisiko rendah tertular, tapi bisa menularkan

Dilansir dari AFP, Justin Lessler selaku ahli epidemiologi di Johns Hopkins Bloomberg School bidang Kesehatan Publik, mengatakan anak-anak berisiko rendah tertular Covid-19, tapi mereka tetap bisa menularkan jika terinfeksi.

"KIta tahu anak-anak bisa terinfeksi virus ini, tapi mereka tidak sakit atau meninggal."

"Yang kita tidak tahu adalah, seberapa banyak anak-anak tanpa gejala atau dengan gejala ringan ini menularkan."

"Ini adalah kunci untuk memahami peran mereka dalam epidemi," terangnya dikutip dari pemberitaan AFP.

Baca juga: FIGC Minta Euro 2020 Ditunda agar Liga Italia Bisa Selesai

Terkait kekebalan tubuh anak-anak ini, Sharon Nachman selaku Kepala Penyakit Menular Anak di RS Anak Stony Brook, New York, menerangkan teorinya.

"Anak-anak mengalami banyak penyakit di tahun-tahun pertama mereka hidup, sehingga kekebalan tubuh mereka bisa merespons dengan baik terhadap infeksi baru."

Baca juga: Mengapa Isolasi dan Karantina Penting untuk Cegah Penyebaran Corona?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com