Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tantangan Ibu Kota Baru Indonesia: Mampukah Tampil Lebih Baik?

Kompas.com - 06/03/2020, 20:05 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo awal Maret ini memasukkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menjadi salah satu calon kepala Badan Otorita Ibu Kota Negara di Kalimantan Timur.

Ahok bersaing dengan tiga calon lain, yaitu Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro serta Bupati Banyuwangi Azwar Anas.

Dalam beberapa bulan terakhir nama tenar diikutsertakan pemerintah dalam proyek pemindahan ibu kota

Eks Perdana Menteri Inggris Tony Blair, President Softbank Corp Masayoshi Son, dan Putra Mahkota Uni Emirat Arab Syekh Mohammed bin Zayed Al Nahyan diberi kursi sebagai dewan pengarah proyek.

"Demi membangun kepercayaan publik internasional," kata Jokowi kepada pers tentang alasannya melibatkan tiga figur global tersebut.

Namun apakah proyek besar ini bisa sesuai janji pemerintah dan target keberlanjutannya? Apalagi Indonesia belum pernah mengadakan proyek sebesar ini, kata pemenang sayembara desain ibu kota baru, Sibarani Sofian.

Baca juga: Tidak Hanya Jakarta, Lima Kota Ini Juga Terancam Tenggelam

Jakarta dan sejumlah kota satelit di sekitarnya sudah delapan kali dilanda banjir dalam dua bulan pertama tahun 2020.

Setidaknya 60 orang meninggal dunia, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana, akibat banjir di sekitar ibu kota pada pekan pertama 2020, sementara ratusan ribu orang lainnya mengungsi.

Kerugian kalangan pebisnis diperkirakan Bank Indonesia mencapai lebih dari Rp1 triliun.

Bencana serupa diklaim Presiden Joko Widodo tak bakal terjadi di calon ibu kota baru Indonesia, yang sebagian berada di Penajam Paser Utara dan sisanya di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Meski akhir Januari lalu beberapa kawasan di Penajam Paser Utara banjir, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebut wilayah itu tidak termasuk lokasi yang bakal menjadi ibu kota baru.

Dengan klaim yang diutarakannya pada Indonesia Digital Economy Summit di Jakarta, 27 Februari lalu itu, Jokowi ingin memperkuat pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur yang dianggapnya vital.

Namun seberapa mungkin target proyek ibu kota baru, yang ditargetkan selesai 2024, bisa terlaksana?

Fakta menunjukkan bahwa Jakarta berkelindan dengan persoalan banjir, risiko tenggelam karena penurunan muka tanah, isu kemacetan, polusi, hingga kepadatan penduduk.

Walau begitu, merujuk berbagai peristiwa dan kajian ilmiah, lahan ibu kota baru juga dekat dengan masalah ekologis seperti deforestasi, kebakaran hutan, lubang tambang, hingga masyarakat adat yang rentan terpinggirkan.

Dalam sesi wawancara dengan BBC, Sibarani Sofian, pemenang sayembara desain ibu kota baru, menyebut pemerintah belum pernah mengadakan proyek pembangunan besar dengan target capaian kilat seperti ini.

Tantangan dan hambatan pembangunan ibu kota baru, menurut Sibarani, begitu besar sehingga tak mungkin dijalankan dengan cara yang biasa saja.

Sibarani terlibat dalam proyek Pemerintah Provinsi Jawa Barat merevitalisasi Kalimalang yang sempat molor.

Dimulai akhir 2019, anggaran proyek itu juga dipangkas karena beberapa alasan.

"Kalau kita mau mencapai target ibu kota dalam waktu yang begitu cepat, dengan mimpi yang begitu besar dan tinggi, harus ada cara baru bukan cuma saat mendesain tapi saat mengadakan proyek itu," kata Sibarani.

"Sampai saat ini saya belum melihat itu, masih dilakukan seperti proyek pemerintah lainnya."

"Tidak ada jalan untuk tidak melakukan ini dengan benar karena pertaruhannya begitu besar: nama negara dan reputasi."

"Kalau diikuti dengan benar, arahnya pasti ke sana, walau sekarang belum terlihat strategi pemerintah untuk mengeksekusi proyek ini dengan baik," tuturnya.

Sebuah masjid di Jakarta Utara terendam air laut karena permukaan tanah kawasan sekitarnya semakin menurun.ANADOLU AGENCY/GETTY IMAGES Sebuah masjid di Jakarta Utara terendam air laut karena permukaan tanah kawasan sekitarnya semakin menurun.

Permukaan rumah Fitri Angreni turun 20 sentimeter setiap tahun. Demi menjaga rumahnya tak tenggelam direndam air laut yang lebih tinggi, ia membeli empat truk batu, krikil, dan semen untuk memperbaiki fondasi.

"Plafon rumah kami semakin dekat dengan tinggi tanah," ujarnya sembari tertawa.

Permukiman tempat tinggal Fitri di Jakarta Utara yang sangat padat itu – sehingga hanya sepeda motor yang mungkin melintas di sela-selanya – kini dua meter di bawah permukaan air laut.

Di ujung gang sempit itu berdiri tanggul semen. Itulah satu-satunya yang melindungi rumah Fitri dari ancaman air bah.

Warga pesisir Teluk Jakarta terus-menerus meninggikan tanggul tersebut. Tahun 2007, air laut menyembur melalui tembok pembatas itu. Sepuluh tahun setelahnya, kejadian serupa terjadi lagi.

Menurut kajian tim peneliti geodesi Institut Teknologi Bandung, penurunan tanah di Jakarta Utara salah satu yang tercepat di dunia.

Hampir 95% wilayah Jakarta Utara diprediksi bakal terendam air tahun 2050, jika tak ada siasat jitu menangani persoalan itu.

Bagi Fitri, mempertahankan rumah petak yang dihuni tiga generasi keluarganya adalah satu-satunya yang bisa ia perjuangkan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

Global
Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Global
Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Global
WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

Global
TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

Global
Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Global
Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Global
Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Global
AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

Global
Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Global
Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Global
Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Global
Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Global
Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com