ANKARA, KOMPAS.com – Jumlah korban tewas dari gempa di Turkiye dan Suriah terus bertambah dan mencapai lebih dari 19.300 jiwa pada Kamis (9/2/2023).
Di satu sisi, tim penyelamat terus berpacu dengan waktu dan melanjutkan evakuasi korban selamat yang masih terperangkap reruntuhan puing-puing.
Di tengah kabar duka yang terus menghampiri sejak gempa bermagnitudo 7,9 terjadi pada Senin (6/2/2023), beberapa penyelamatan ajaib sempat memompa semangat.
Akan tetapi, kondisi yang sangat dingin dan sulitnya proses evakuasi para korban selamat membuat harapan terus memudar.
Sementara itu, ribuan orang yang selamat masih menanti bantuan makanan, air, dan selimut di tengah suhu musim dingin yang menusuk. Tidak ada tempat untuk mereka pulang karena rumah-rumah telah hancur.
Di Kota Antakya, Turkiye, puluhan orang berebut mencari bantuan di depan sebuah truk yang membagikan mantel anak-anak dan perbekalan lainnya, sebagaimana dilansir Associated Press.
Ahmet Tokgoz, salah satu korban selamat, meminta pemerintah untuk mengevakuasi orang-orang dari wilayah yang hancur.
“Apalagi dalam cuaca sedingin ini, tidak mungkin tinggal di sini. Orang-orang menghangatkan diri di sekitar api unggun,” ucap Tokgoz.
Akan tetapi, kata Tokgoz, api unggun tersebut hanya mampu menghangatkan beberapa orang saja yang kebagian.
“Jika tidak mati karena terjebak di bawah reruntuhan, mereka akan mati karena kedinginan,” ujar Tokgoz.
Di tempat lain, truk bantuan PBB pertama yang memasuki barat laut Suriah yang dikuasai pemberontak tiba pada Kamis pagi.
Beberapa organisasi bantuan yang lebih kecil sebenarnya telah mengirimkan bantuan ke sana.
Namun, hanya PBB saja diberi wewenang untuk mengirimkan bantuan melalui perlintasan perbatasan dan sejauh ini jalan yang rusak menghambat penyaluran ini.
Suhu musim dingin, kerusakan jalan, dan kerusakan bandara akibat gempa telah menghambat respons kebencanaan di wilayah terdampak gempa di Suriah.
Apalagi, perang saudara yang masih berkecamuk di Suriah membuat jutaan pengungsi masih bergantung pada bantuan kemanusiaan.
Risklayer, yang menyebut diri sebagai perusahaan risiko bencana kolaboratif dan independen di Jerman dan Australia, mengetwit pada Rabu (8/2/2023) bahwa mereka memprediksi jumlah korban tewas dari gempa di Turkiye dan Suriah bisa mencapai 45.000 jiwa.
https://www.kompas.com/global/read/2023/02/09/220100070/update-gempa-turkiye--korban-tewas-19.300-jiwa-prediksi-bisa-lampaui