Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Produsen Mi Instan Thailand Minta Izin Naikkan Harga, Pertama Kali dalam 14 Tahun

BANGKOK, KOMPAS.com - Lima produsen utama mi instan mendesak pemerintah Thailand untuk mengizinkan mereka menaikkan harga dalam waktu seminggu.

Tuntutan itu diajukan mengingat adanya kenaikan biaya produksi, yang mempengaruhi salah satu bahan makanan paling populer di negara itu.

Perang di Ukraina, serta kekeringan dan banjir selama setahun terakhir, telah menyebabkan harga gandum, energi dan biaya transportasi meningkat tajam, dan mempengaruhi harga mi di seluruh Asia.

Di Thailand, tingkat inflasi mencapai 7,61 persen pada Juli, hanya turun sedikit dari level tertinggi 14 tahun pada bulan sebelumnya.

Pemerintah "Negeri Gajah Putih" akhirnya berupaya mengontrol harga barang-barang penting tertentu, dalam upaya mengurangi tekanan pada konsumen.

Batasan harga diperuntukkan untuk barang-barang mulai dari bahan bangunan, telur, minyak goreng, termasuk mi, yang disukai banyak orang karena murah dan mengenyangkan.

Produsen mi instan Thailand Mama, Wai Wai, Yum Yum, Nissin, dan Suesat telah memperingatkan bahwa batasan harga saat ini pada produk mereka tidak berkelanjutan.

Dalam surat bersama yang disampaikan kepada pemerintah Thailand minggu ini, perusahaan-perusahaan tersebut meminta harga naik dari 6 bath (Rp 2.500) menjadi 8 baht (Rp 3.3000).

Ini akan menjadi kenaikan pertama harga eceran mi instan Thailand sejak 2008.

Pabrik Produk Makanan Thailand, produsen Wai Wai mengklaim bahwa beberapa produknya sudah jual rugi. Perusahaan pun mengancam akan mengurangi penjualannya di Thailand demi pasar luar negeri, kecuali jika harga jual boleh dinaikkan.

Perwakilan perusahaan tidak segera tersedia untuk memberikan komentar pada Rabu (17/8/2022) menurut Guardian.

Produsen mengatakan biaya produksi mereka meningkat tajam karena invasi Rusia ke Ukraina, yang telah mendorong naiknya harga tepung terigu dan minyak.

Pemerintah Thailand kini mempertimbangkan permintaan mereka, meskipun menteri perdagangan Jurin Laksanawisit mengatakan kepada media Thailand bahwa dia yakin kenaikan menjadi 8 baht terlalu tinggi dan ini akan membebani konsumen.

Keputusan akan dibuat oleh Departemen Departemen Perdagangan Dalam Negeri Thailand, tambahnya.

“Saya pikir mereka sedang mempertimbangkan semua biaya sekarang. Kalau memang benar-benar perlu mengubah harga, harus mengikuti biaya (produksi) yang sebenarnya,” ujarnya. Jika biaya produksi kemudian turun, harga eceran juga harus turun, tambahnya.

Harga mi telah meningkat di tempat lain di Asia, termasuk di Jepang dan Korea Selatan.

Sementara itu di China, biaya gandum tahun ini diprediksi bisa naik hingga 30 persen.

https://www.kompas.com/global/read/2022/08/18/080531870/produsen-mi-instan-thailand-minta-izin-naikkan-harga-pertama-kali-dalam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke