Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Memahami Posisi "Center-Left" Joe Biden

Di posisi far left salah satunya ada Bernie Sander, yang sering disebut dengan istilah kubu "Bernie Socialist Democrat". Dan di sisi berseberangan adalah pengikut Bill Clinton, sering disebut sebagai "Clintonian Liberal Wing".

Nah, Joe Biden berada di tengah. Posisi semacam ini adalah posisi ideologis kompromistis yang hidup di Eropa pasca-perang dunia kedua. Orang dalam posisi itu enggan mendekat ke fasisme dan malas menjadi bagian dari gerakan revolusioner komunis gaya Soviet.

Di Eropa, sebutannya adalah "Christian Democrat". Untuk menyebut beberapa contoh di Eropa, ada Konrad Adenauer, Alcide De Gasperi, dan Robert Schuman. Hari ini yang mendekati adalah Angela Merkel di Jerman dan Ursula Von der Leyen di European Union’s Parliament and Commission.

Ada juga mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair dengan gaya " Third Way"-nya yang memberikan penekanan penting pada institusi keluarga. Jadi tidak terlalu mengherankan jika di DNC (Democrat National Commitee) sebelum Pilpres AS tahun 2020, kata-kata family cukup banyak muncul dari mulut para tokoh Partai Demokrat yang memberi testimoni.

Selain Jill Biden (istri Joe Biden), Kamala Harris (kini wakil Biden) juga banyak menggunakan kata family sebagai titik berangkat atau basis dari rencana kebijakan Joe Biden ke depan. Biasanya yang di "tengah" memang agak kurang menarik perhatian, kurang atraktif di panggung, kurang berapi-api, karena terbilang suka cari aman. Kurang "gila" untuk sebuah tontonan.

Joe Biden memang bukan ahli pidato seperti Barack Obama. Biden konon cocok untuk wakil. Karena itu Biden terbilang berhasil menjadi wakil Obama selama delapan tahun.

Seperti mendengar profesor di depan kelas, begitulah Joe Biden. Tampaknya, karena itu pula disebut "sleepy Joe" oleh Donald Trump. Biden memang seorang doktor, sama seperti istri keduanya Jill Biden yang doktor pendidikan. Istri pertama dan anak perempuan Biden meninggal karena kecelakaan di masa awal Biden jadi senator.

Jadi sudah bisa ditebak, kalau Joe Biden jadi presiden, AS seperti kembali ke era Obama. Stabilitas tatanan liberal internasional, NATO, climate change, social and health security, kelonggaran kebijakan imigrasi, pajak yang tinggi adalah penampakannya. Intinya, big government.

Mengapa Biden pilih Harris? Karena Harris rencanannya disiapkan untuk maju sebagai calon presiden Partai Demokrat di tahun 2024. Biden sudah berjanji hanya untuk satu periode jadi presiden kalau terpilih. Dalam istilah Biden, ia akan menjadi generational bridge di dalam Partai Demokrat. Harris merupakan kandidat penerusnya.

Tetapi setelah terpilih, justru Biden masih berselera untuk maju lagi di 2024. Ya, begitulah politisi. Di mana-mana sama. Harris adalah senator yang terbilang masih muda plus beringas, mantan pengacara, mantan attorney general wilayah California, sahabat anak sulung Biden.

Harris adalah sosok Obama dalam kelamin perempuan. Ia dianggap cocok untuk mengimbangi Biden yang cenderung bermain aman dan sebenarnya cocok pula untuk menggantikan posisi Biden di tahun 2024.

Jadi, dengan posisinya yang sebenarnya cocok untuk jadi "pelembut" seorang presiden, seperti Mike Pence terhadap Trump, Biden hampir pasti kelabakan jika berhadapan "adu kambing" dengan Trump di panggung debat calon presiden.

Dan terbukti, di debat presiden pertama dua tahun lalu, Trump menghujani Biden dengan interupsi. Trump bahkan ikut bersitegang dengan moderator, Criss Wallace. Namun Biden adalah sosok yang gigih dan pantang menyerah. Biden berjuang mengimbangi keagresifan Donald Trump di kedua debat calon presiden.

Semangat tersebut sangat bisa dipahami mengingat Biden, sedari belia, sudah bertarung melawan orang-orang yang berwatak seperti Donald Trump.

Saat kecil gagap

Jika kembali ke masa kecil, Biden mengalami gejala sulit bicara. Karena itu, sejak masuk sekolah Katolik di Delaware, Biden sudah mengalami perundungan demi perudungan, baik oleh para guru maupun para senior. Jadi tak diragukan, Biden sebenarnya sudah cukup terbiasa dengan pesaing sekeras Trump.

Biden sudah menghadapi tekanan sedari belia. Di akhir tahun 1940-an, Biden yang gagap diminta gurunya untuk mengulang kalimat yang dibacakannya. Karena punya gejala susah bicara alias gagap, sang anak gagal mengulangnya secara mulus.

Ia gagap mengulang beberapa kata dalam kalimat yang diminta. Walhasil, biarawati yang sekaligus gurunya, entah reflek atau sengaja, justru meledek si anak dengan mengatakan, "Mr B..B..B..B.. B.. Biden!!."

Tanpa banyak komentar, anak itu langsung "walk out" dari kelas, pulang ke rumahnya. Tak lama setelah itu, ibunya datang ke sekolahan, menemui sang guru.

"Did you make fun with my son?" tanya ibunya dengan wajah marah. Ia tak mendapatkan jawaban, lalu mengulang lagi pertanyaan yang sama beberapa kali, dengan nada yang lebih tinggi. Akhirnya ibunya marah dan mengancam sang guru.

Situasi seperti itulah yang harus dilawan Biden kecil. Dibesarkan di dalam keluarga yang sedang berantakan secara ekonomi, Biden memang harus bernegosiasi dengan banyak hal untuk tetap bisa bertahan dan menapaki tangga naik. Biden melawan kerasnya pandangan sebelah mata lingkungannya dengan perjuangan yang sangat keras, berjuang untuk memperbaiki diri terus-menerus dan berjuang untuk menjadikan semua tekanan dari luar sebagai tantangan yang harus dihadapi, bukan ditinggalkan.

Bertarung jadi senator

Sampai akhirnya, untuk melawan lingkungan yang kian keras tersebut, Biden terjun ke dunia politik, masuk ke kontestasi senator AS, setelah berhasil duduk di parlemen lokal. Tak tanggung-tanggung, di umur yang sangat muda, 29 tahun, Biden menantang sang petahana yang juga kawan dekat Presiden Nixon kala itu, Caleb Boggs, dua kali jadi gubernur dan dua kali jadi senator.

Bisa dibayangkan, ibarat David vs Golliath. Bermodalkan kekaguman kepada Kennedy dan kedekatannya dengan komunitas kulit hitam, Biden bertemu dengan momen yang pas, yakni momen perjuangan hak-hak sipil di AS tahun 1970-an. Tanpa latar belakang keluarga politisi dan latar belakang nama besar, Biden bergerak dari satu komunitas ke komunitas lainya di Delaware, terutama komunitas kulit hitam.

Ia menyalami dan memeluk semua orang yang ditemuinya. Selain kekuatan empati, jabat tangan dan pelukan bahkan kemudian menjadi senjata andalannya dalam meraih banyak simpati.

Di tengah jalan, Biden pernah dihadang kasus plagiarisme, satu kali dalam pidato lisannya, yang dicaplok dari ceramah Niel Pinnok. Tapi berbeda dengan Donald Trump, reaksi Biden lebih lembut dan politis. Biden meminta maaf kepada publik dengan mengatakan bahwa ia "tidak mengetahui" bahwa itu adalah plagiarisme.

Dia lalu melanjutkan perjuangannya. Inilah salah satu karakter yang menggambaran motto Joe Biden saat maju menantang Donald Trump, "Build Back Better." Jika ada kesalahan di masa lalu, mari lupakan lalu diperbaiki. Begitu kira-kira intinya.

Walhasil, Caleb Boggs harus mengakui kegigihan Joe Biden. Caleb kalah tipis dan Biden melenggang ke Senat. Namun naas, istri dan anaknya tertimpa musibah sebelum ia disumpah sebagai anggota Senat. Neila Biden bersama anak-anaknya mengalami kecelakaan lalu lintas. Mereka menabrak truk, yang menewaskan Neila (sang istri) dan Naomi Biden (sang anak perempuan). Anak-anak yang lain, yaitu Beau dan Hunter Biden  luka-luka.

Biden harus kembali deal dengan situasi. Ia menjadi senator dan ayah tunggal sebelum akhirnya bertemu Jill Biden, istri keduanya, sampai hari ini.

Di era 1980 dan 1990-an, Biden juga sempat bersiap-siap untuk maju sebagai calon presiden, walau akhirnya gagal di tengah jalan. Ketika itu, Biden juga tertimpa isu plagiarisme pada desertasinya di Syracuse University.  Biden memberikan reaksi yang sama, meminta maaf dan berdalih “tidak mengetahuinya”.

Tapi langkahnya terhenti dan harus mengakui kedigdayaan Bill Clinton. Sampai akhirnya dipilih Obama di tahun 2008 sebagai calon wakil presiden, setelah bersaing ketat di konvensi Partai Demokrat.

Tahun 2020, Biden kembali ke panggung utama politik AS. Niatnya untuk pensiun batal. Di umur 78 tahun, Biden menjadi presiden AS tertua setelah inagurasi 20 Januari 2021. Saya sangat bisa membayangkan, betapa rasa senang bercampur sedih dan perih yang dirasakan Joe Biden saat berhasil mengalahkan Donald Trump. Karena sebenarnya, begitu besar harapannya agar almarhum Beau Biden yang ada di posisinya hari ini. Beau adalah anak tertua, kakak Hunter Biden, yang rela meninggalkan posisinya sebagai jaksa daerah di Delaware untuk ikut berperang ke Irak, lalu pulang-pulang mengidap kanker otak dan meninggal di tahun 2015, yang menjadi penyebab utama Joe Biden tak ikut konvensi calon presiden partai Demokrat tahun 2015.

Beau dan Hunter adalah dua anak lelaki Senator Biden, yang selamat dari kecelakaan maut jelang natal, sehari sebelum Joe Biden disumpah sebagai anggota senator untuk yang pertama kalinya. Rentetan kepahitan yang dialami di dalam hidupnya, membuat Biden benar-benar percaya bahwa garis nasib, tak sepenuhnya ada di tangan kita sendiri, tapi juga di tangan Tuhan.

Biden bertahan dengan keyakinan yang teguh dan empati yang kuat pada sesama, sampai hari ini. Biden menjalani hidup yang sederhana, dengan memilih naik kereta setiap hari kerja dari Delaware ke Washington, dan sebaliknya, tanpa malu dan rendah diri, selama dirinya menjadi seorang senator.

Secara politik, Biden menjadi andalan Obama selama delapan tahun untuk bernegosiasi dengan senat, terutama untuk mengegolkan kebijakan-kebijakan penting, mengingat Obama tak punya pengalaman lama di Senat Federal. Hinggal hari ini, Joe Biden dengan posisi politik tengahnya masih terbilang berpeluang bekerja sama dengan parlemen, terutama senat karena kedekatannya dengan Mitch McConnel, minority leader di senat AS. Mari kita tunggu raihan-raihan seorang Joe Biden sampai 2024. Caiyo “Sleepy Joe”!!

https://www.kompas.com/global/read/2022/06/27/170451570/memahami-posisi-center-left-joe-biden

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke