Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pemilu Lebanon: Hezbollah Gagal Kuasai Parlemen, Dukungan ke Kelompok Reformis Melonjak

BEIRUT, KOMPAS.com - Kelompok Syiah Hizbullah dan sekutunya kehilangan mayoritas mereka di parlemen, menurut hasil resmi pemilu Lebanon pada Selasa (17/5/2022), sementara kelompok independen mencapai terobosan mengejutkan.

Hasil lengkap yang diumumkan oleh kementerian dalam negeri dua hari setelah pemilihan mengungkapkan bahwa tidak ada blok yang akan mengendalikan majelis 128 kursi.

Kondisi tersebut mengungkap sebuah kebuntuan, yang dikhawatirkan oleh para pengamat dapat mengantar Lebanon pada periode pergolakan politik yang tegang.

Jajak pendapat, yang pertama digelar sejak Lebanon dirusak oleh krisis ekonomi terburuknya dan ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut pada 2020, dipandang sebagai prasyarat untuk bailout IMF yang penting.

Hizbullah yang didukung Iran dan sekutu utamanya mendapat dukungan dari sekitar 70 anggota parlemen di parlemen yang akan keluar. Tetapi sekarang, kelompok Syiah itu akan kekurangan 65 kursi yang dibutuhkan untuk mempertahankan mayoritas.

Lawan terkuat mereka di parlemen akan dipimpin oleh partai Pasukan Kristen Lebanon, mantan panglima perang Samir Geagea. Kelompok ini meraih beberapa kursi baru di belakang kampanye anti-Hizbullah yang ganas.

Wajah-wajah reformis baru, yang memasuki perlombaan legislatif tentang nilai-nilai pemberontakan anti-kemapanan status quo 2019, tampil lebih kuat seperti yang telah diprediksi banyak orang.

Setidaknya 13 orang independen yang mendukung gerakan protes 2019 memenangkan kursi. Dua belas dari mereka akan duduk di parlemen untuk pertama kalinya.

Bersama dengan orang-orang independen dan anggota parlemen non-blok lainnya, yang kadang-kadang mendukung tuntutan gerakan protes yang sekarang sudah tidak ada lagi, mereka dapat menemukan diri mereka dalam posisi berkuasa.

Terobosan kelompok reformis

Analis Ziad Majed mengatakan bahwa konteks ekonomi dapat menguntungkan kaum reformis, yang untuk pertama kalinya akan mendorong dari dalam parlemen, bukan hanya sebagai orang luar.

"Ini akan menciptakan tekanan politik dan populer bagi reformis dan kekuatan perubahan untuk bekerja sama," katanya sebagaimana dilansir AFP pada Selasa (17/5/2022).

Salah satu kemenangan paling menonjol yang diraih oleh orang-orang independen ini adalah pemilihan Elias Jradeh dan Firas Hamdan di Lebanon selatan, untuk kursi yang selama tiga dekade tidak pernah lepas dari Hizbullah dan sekutunya.

Kepuasan besar lainnya bagi mereka yang digambarkan di Lebanon sebagai kandidat "thawra" (revolusi, dalam bahasa Arab), adalah kekalahan beberapa anggota parlemen yang setia kepada pemerintah Suriah Bashar al-Assad.

Dalam apa yang ditafsirkan oleh orang-orang independen sebagai sikap dendam oleh Hizbullah, sekelompok pemuda dengan skuter turun ke Lapangan Martir semalaman dan membakar monumen "tinju revolusi".

Monumen sementara itu telah menjadi simbol visual dari protes sekuler yang melanda Lebanon pada Oktober 2019, dan telah meningkatkan harapan akan perubahan demokrasi.

Gerakan itu kehilangan momentum ketika kartel penguasa Lebanon, yang terdiri dari baron politik sektarian, menunggu waktu mereka, sementara salah satu kemerosotan ekonomi paling tajam di negara itu meredam ketidakpuasan rakyat.

Pemilihan parlemen Lebanon adalah ujian besar pertama bagi mereka yang berada di kamp protes yang memilih untuk memasuki medan politik.

Hizbullah dan sekutunya Amal mempertahankan 27 kursi parlemen yang disediakan untuk anggota parlemen Syiah, tetapi sekutu lainnya kehilangan tempat.

Gerakan Patriotik Bebas Presiden Lebanon Michel Aoun, yang telah beraliansi dengan blok Syiah sejak 2006, kehilangan beberapa kursi.

Tantangan krisis kedepan

Isu utama yang mempolarisasi parlemen adalah hak Hizbullah untuk memiliki persenjataan, yang sering digambarkan setara atau lebih baik daripada milik negara.

Beberapa melihatnya sebagai hak historis dan pertahanan terbaik untuk negara Mediterania kecil ini, sementara yang lain menganggap senjata Hizbullah sebagai akar dari semua penyakit Lebanon.

Sami Nader, seorang analis di Levant Institute for Strategic Affairs, mengatakan bahwa Hizbullah telah menderita kerugian simbolis. Tetapi dia skeptis bahwa pemilu dapat menghasilkan perubahan radikal.

"Hizbullah dan poros Iran mendapat pukulan, tetapi apakah ini akan membuka jalan perubahan di Lebanon? Saya ragu," katanya kepada AFP.

Pembentukan pemerintahan, pemilihan ketua parlemen dan pemilihan presiden semuanya bisa sangat kontroversial dan berujung pada krisis politik yang berlarut-larut.

Lebanon berbagi kekuasaan di antara komunitas agamanya, dan politik sering diperlakukan sebagai bisnis keluarga. Berdasarkan konvensi, presiden adalah seorang Kristen Maronit, perdana menteri seorang Muslim Sunni, dan ketua parlemen seorang Syiah.

https://www.kompas.com/global/read/2022/05/17/230000170/pemilu-lebanon-hezbollah-gagal-kuasai-parlemen-dukungan-ke-kelompok

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke