Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bumi Bisa Punya “Cincin” seperti Planet Saturnus gara-gara Sampah Luar Angkasa

TEXAS, KOMPAS.com - Ratusan juta keping puing yang mengambang di luar angkasa, sebagian besar bisa berakhir membentuk 'cincin' di sekitar Bumi, mirip yang dimiliki planet Saturnus yang merupakan raksasa gas tata surya.

Puing-puing itu kemungkinan akan memberi Bumi 'cincinnya sendiri' yang terbuat dari 'sampah luar angkasa,' kata peneliti Universitas Utah Jake Abbott memperingatkan dalam wawancara baru-baru ini dengan Salt Lake Tribune.

Namun, Abbott dan timnya sedang mencari cara untuk membersihkan puing-puing. Salah satunya adalah dengan memasang magnet di ujung lengan robot, dan menggunakan arus pusaran magnet untuk mengumpulkan sampah luar angkasa.

NASA memperkirakan setidaknya ada 23.000 keping puing yang memasuki orbit rendah Bumi (LEO) lebih besar dari bola lunak di orbit. Tapi mungkin ada 500.000 keping antara 0,4 inci dan empat inci (1-10 cm).

Ada kemungkinan 170 juta keping puing luar angkasa yang berukuran lebih kecil dari 0,4 inci, tambah Badan Antariksa Eropa melansir Daily Mail pada Selasa (23/11/2021).

Lebih dari 27.000 keping puing orbit dilacak oleh sensor Jaringan Pengawasan Luar Angkasa global milik Departemen Pertahanan AS.

Empat planet di tata surya sudah memiliki cincin - Yupiter, Saturnus, Neptunus, dan Uranus.

Cincin Saturnus terbuat dari es dan batu, ukurannya bervariasi, dan bisa jadi merupakan sisa-sisa komet kuno, asteroid, atau satelit langit, menurut catatan NASA.

Cincin yang mengorbit Jupiter dan Neptunus secara signifikan lebih redup dan terutama terbuat dari debu.

Ada kemungkinan cincin Jupiter berasal dari sejumlah serangan meteor yang menghantam 79 bulan planet ini, menurut Royal Museums Greenwich.

NASA menjelaskan bahwa LEO sekarang dipandang sebagai “tempat pembuangan sampah terbesar di dunia”.

Lembaga antariksa itu mengakui membuang sampah antariksa memakan biaya yang mahal, karena masalah besarnya ukuran, mungkin ada sebanyak 6.000 ton material di orbit rendah Bumi.

Banyak puing-puing ruang angkasa dapat mencapai kecepatan yang sangat tinggi (dalam beberapa kasus, 18.000 mph atau tujuh kali kecepatan peluru).

“Benturan dari sepotong kecil puing-puing orbit saja, dengan pesawat ruang angkasa atau menabrak Bumi, dapat menimbulkan masalah besar,” tambah NASA.

Abbott sedang mencari cara untuk membersihkan lebih dari 6.000 ton material di orbit rendah Bumi, yang sebagian besar terbang dengan kecepatan 15.700 mph.

“Sebagian besar sampah itu berputar,” kata Abbott kepada outlet berita.

Sementara penanganan dengan lengan robot memiliki risiko, juga lengan robot malah patah dan membuat lebih banyak puing.

Untuk membersihkan membersihkan LEO dari semua puing dia dan timnya sedang mengerjakan cara menggunakan magnet untuk, menggunakan arus eddy.

“Kami pada dasarnya telah menciptakan balok traktor pertama di dunia,” terang Abbott.

“Ini baru masalah tinggal masalah teknikal sekarang. Membangun dan meluncurkannya (masalah lain).”

Dalam sebuah penelitian yang diunggah ke Nature bulan lalu, Abbott dan timnya mencatat perlu ada magnet yang dipasang di ujung lengan robot.

Saat magnet berputar, mereka mengaktifkan arus eddy (arus listrik yang seperti pusaran air) yang menciptakan medan magnetnya sendiri.

Akhirnya, dengan menggunakan medan magnet arus, puing-puing ruang angkasa dapat dikumpulkan.

“Menggunakan analisis dimensi, dikombinasikan dengan simulasi numerik multi fisika dan verifikasi eksperimental, kami mengkarakterisasi gaya dan torsi yang dihasilkan pada bola konduktif dalam medan dipol magnet yang berputar,” tulis para penulis dalam abstrak penelitian.

Kelompok lain juga bekerja untuk meringankan beban yang ditimbulkan oleh sejumlah besar puing, yang sebagian besar terdiri dari satelit dan pesawat ruang angkasa.

Startup luar angkasa Privateer, yang didukung oleh salah satu pendiri Apple Steve Wozniak, mengatakan kepada DailyMail.com bahwa perusahaan tersebut berusaha melacak sampah luar angkasa di orbit.

Mereka juga memprediksi bagaimana sampah luar angkasa akan bereaksi dan ke mana ia akan bergerak, untuk membuat ruang angkasa lebih aman bagi semua negara.

"Idenya adalah untuk membuat ruang angkasa lebih transparan, membuatnya lebih dapat diprediksi, dengan mengetahui di mana sampah luar angkasa akan berada dalam beberapa menit dan jam ke depan," kata kepala penasihat sains perusahaan, Moriba Jah, dalam sebuah wawancara telepon.

"Kami akan dapat memprediksi bagaimana dua obyek (luar angkasa) dari dua pemerintah yang berbeda akan bertindak, sebelum ada alasan untuk khawatir."

Insiden Rusia

Awal bulan ini, Rusia meledakkan salah satu satelitnya sendiri dan puing-puing yang dihasilkan hampir menghantam Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Negara itu mungkin telah menggunakan rudal 'pembunuh satelit' A-235 PL-19 Nudol, menurut para analis AS, untuk menghancurkan Cosmos 1408.

Ketika Cosmos 1408 (satelit mata-mata yang diluncurkan pada 1982) dihancurkan, tindakan ini menghasilkan 1.500 keping puing yang membahayakan awak ISS.

Beberapa analis telah menyarankan bahwa sampah antariksa yang tersisa dari ledakan akan menyebabkan malapetaka bagi pesawat ruang angkasa selama bertahun-tahun, mungkin beberapa dekade.

Satelit itu mengorbit sekitar 300 mil dari permukaan bumi pada saat itu, dan menciptakan bidang puing antara 270 mil dan 320 mil dari permukaan.

ISS mengorbit sekitar 260 mil dari permukaan bumi, meskipun pada saat kejadian, itu sedikit lebih rendah dari 250 mil dari permukaan, yang berarti puing-puing melewatinya dengan jarak sekitar 20 mil saat orbitnya melintas.

Astronot di ISS diperintahkan oleh Houston Mission Control untuk mencari keselamatan di dalam pod pelarian kapal.

Tak satu pun dari tujuh astronot di ISS terluka.

https://www.kompas.com/global/read/2021/12/01/163055070/bumi-bisa-punya-cincin-seperti-planet-saturnus-gara-gara-sampah-luar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke