MOSKWA, KOMPAS.com - Seorang petarung MMA yang menyebut dirinya sebagai "Pembunuh yang Tidak Divaksin" telah menusuk seorang dokter dengan tulang hewan hingga tewas setelah berdebat soal vaksinasi Covid-19.
Akmal Khozhiev (27 tahun) ditahan di Guam karena diduga mencekik dan menusuk Dr Miran Ribati dengan tulang hewan sisa makanan, sesperti yang dilansir dari The Sun pada Selasa (16/11/2021).
Menurut laporan media lokal, ibu Khozhiev dan saudara perempuannya telah mencoba menghentikan serangan Khozhiev terhadap dokter tersebut.
Namun, usaha menghentikan pria anti-vaksin itu sia-sia. Dokter itu meninggal karena luka fatal dari serangan pria petarung MMA tersebut.
Dr Ribati adalah ahli radiologi yang berusia 44 tahun yang tinggal di Guam selama lebih dari satu dekade.
Pria petarung MMA itu sudah dikenal sebagai anti-vaksin, menjalankan kampanye melawan vaksin Covid-19 di media sosial.
Pria yang telah menikah dan memiliki seorang putra itu mengklaim bahwa "vaksin (Covid-19) tidak berguna", mendesak orang untuk "bermasker" saja.
Awalnya, petarung MMA anti-vaksin menganggap Dr Ribati sebagai kliennya saat makan malam bersama. Namun, kemudian mereka saling berdebat soal vaksinasi Covid-19.
Pada puncaknya petarung MMA anti-vaksin itu berkata kepada Dr Ribati, "Saya tidak mempercayai Anda lagi."
Setelah itu menurut laporan di Guam bahwa dokter radiologi ditemukan tergeletak tak bernyawa dengan genangan darahnya di lantai.
Seorang saksi mata mengatakan bahwa petarung MMA anti-vaksin Covid-19 itu berkata kepada petugas, "Pak, ini saya, saya membunuhnya."
Pihak berwenang di Guam telah mendakwanya dengan pembunuhan dan penyerangan yang parah, penggunaan senjata mematikan, pencekikan, penusukan yang kejam, penyerangan dan kekerasan keluarga.
Khozhiev pernah belajar di Universitas Penerbangan Sipil Negeri St Petersburg, dan kemudian berhenti bekerja di bandara Pulkovo kota.
Dia kemudian sempat bekerja sebagai peatih di gym sebelum dipecat karena "mengancam pelanggan".
https://www.kompas.com/global/read/2021/11/18/152520370/petarung-mma-bunuh-dokter-setelah-berdebat-soal-vaksin-covid-19