Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

KISAH MISTERI: Operasi Pastorius, Upaya Hitler Lancarkan Aksi Teror Pertama di AS

KOMPAS.com - Operasi Pastorius umumnya tenggelam di antara kisah Perang Dunia II populer. Padahal jika tidak digagalkan, operasi ini mungkin akan menjadi aksi teror besar pertama di Amerika Serikat (AS) mendahului insiden 11 September.

Upaya sabotase itu dilancarkan Adolf Hitler ke “Negeri Paman Sam” tak lama setelah masuknya AS ke dalam Perang Dunia II pada akhir 1941.

Nazi memulai rencana untuk menyusup dan menyerang AS pada Juni 1942, melalui Pantai Timur AS, dimulai dengan dua tim beranggotakan empat orang.

Intelijen militer Jerman menyebut operasi itu dengan nama sandi Operasi Pastorius. Nama itu untuk menghormati Franz Daniel Pastorius, yang pada 1683 meluncurkan pemukiman "rahasia” Jerman-Amerika di Germantown, Pennsylvania, AS.

Sejak awal rencana tersebut terbilang ambisius. Sasaran utamanya adalah untuk menyabotase dan melumpuhkan infrastruktur AS, yakni pembangkit listrik tenaga air besar, pabrik aluminium penting, rel kereta api, jembatan dan kanal, dan sistem pasokan air di New York City.

Terlatih dan dipasok dengan baik, para penyabotase memiliki alasan yang baik untuk percaya diri akan misinya. Tetapi pada akhirnya operasi mereka gagal total dan berakhir memalukan.

Pembentukan tim penyabotase

Semua berawal saat Hitler menyatakan perang terhadap AS, empat hari setelah Jepang mengebom Pearl Harbor.

Pimpinan Nazi itu memerintahkan operasi sabotase terhadap target di dalam AS, semata-mata untuk membuktikan bahwa AS tetap rentan akan serangannya meski jauh dari Eropa.

Dia pun mendelegasikan operasi ini kepada Abwehr, badan intelijen Jerman, yang dipimpin oleh Laksamana Wilhelm Canaris. Mereka telah melakukan operasi sabotase ekstensif terhadap musuh Nazi.

Abwehr juga mengembangkan semua alat dan teknik yang diperlukan, dan mendirikan sekolah sabotase yang rumit di pedesaan Jerman yang berhutan dekat Brandenburg.

Kontrol langsung atas operasi Amerika diberikan kepada William Kappe, seorang anggota lama Nazi berperawakan gemuk dan saat itu berusia 37 tahun. Dia juga mengenal AS dengan sangat baik, setelah tinggal di sana selama 12 tahun.

Awalnya Operasi Pastorius, hanyalah yang pertama dari banyak tim sabotase yang akan menyelinap ke Amerika dengan kecepatan satu atau dua kelompok setiap enam minggu.

Setelah jaringan beroperasi penuh, Kappe berencana bergabung dengan anak buahnya di Amerika dan mengarahkan kegiatan mereka.

Untuk menemukan orang yang cocok menjalankan misi itu, Letnan Kappe menjelajahi catatan Institut Ausland. Organisasi Jerman itu melacak afiliasi politik warganya yang pindah ke luar negeri, dan membiayai mereka yang kembali ke Jerman.

Dia akhirnya memilih 12 orang yang menurutnya energik, cakap, dan setia pada perjuangan Jerman. Sebagian besar adalah pekerja kerah biru, dan semua kecuali dua telah lama menjadi anggota Nazi.

Tapi, empat orang keluar dari tim itu, hingga tersisa dua tim yang terdiri dari empat orang di bawah kepemimpinan George John Dasch dan Edward Kerling.

Mereka memulai pelatihan pada April 1942, dan menerima tugas pada bulan berikutnya.

Dasch akan memimpin Ernst Burger, Heinrich Heinck, dan Richard Quirin dalam menyerang pembangkit listrik tenaga air di Air Terjun Niagara, pabrik cryolite di Philadelphia, kunci kanal di Sungai Ohio, serta pabrik Aluminium Company of America di New York, Illinois, dan Tennessee.

Tim Kerling yang terdiri dari Hermann Neubauer, Herbert Haupt, dan Werner Thiel ditunjuk untuk menyerang sistem air di New York City, sebuah stasiun kereta api di Newark, Horseshoe Bend dekat Altoona, PA, serta kunci kanal di St. Louis dan Cincinnati.

Tim ini berencana bertemu di Cincinnati pada 4 Juli 1942.

Menurut MI5, mereka "diinstruksikan untuk melakukan tindakan terorisme kecil seperti menempatkan bom pembakar di koper yang ditinggalkan di depot bagasi dan di toko-toko milik orang Yahudi."

Namun, mereka diberitahu untuk menghindari korban jiwa atau cedera "karena ini tidak akan menguntungkan Jerman."

Operasi Pendaratan Pastorius

Berbekal bahan peledak dan uang tunai dollar AS, kedua tim melakukan perjalanan ke Brest, Perancis untuk kemudian menggunakan kapal selam U-boat ke Amerika Serikat.

Berangkat dengan U-584, tim Kerling berangkat pada 25 Mei ke Pantai Ponte Vedra, Florida. Sementara tim Dasch berlayar ke Long Island dengan U-202 pada hari berikutnya.

Tim Dasch tiba lebih dulu di AS dan mendarat pada tengah malam 13 Juni 1942. Saat tiba di pantai dekat Amagansett, New York, mereka mengenakan seragam Jerman untuk menghindari kemungkinan terburuk tertembak sebagai mata-mata, jika tertangkap saat pendaratan.

Sesampainya di pantai, anak buah Dasch mulai mengubur bahan peledak dan perbekalan lainnya.

Tapi seorang Penjaga Pantai yang berpatroli, Seaman John Cullen, mendekati kelompok itu. Dasch mencoba berkelit saat diinterogasi dan memberitahu Cullen bahwa anak buahnya adalah nelayan yang terdampar dari Southampton.

Cullen mulai curiga, ketika Dasch menolak tawaran untuk bermalam di Pos Penjaga Pantai terdekat. Selain itu salah satu anak buah Dasch meneriakkan sesuatu dalam bahasa Jerman.

Menyadari penyamarannya terbongkar, Dasch berusaha menyuap penjaga pantai AS itu. Cullen yang sadar kalah jumlah mengambil uang itu dan melarikan diri kembali ke pos jaga.

Dia lalu memperingatkan komandannya dan menyerahkan uang sogokan sebagai bukti. Bersama penjaga lainnya, mereka berlari kembali ke pantai. Tapi, anak buah Dasch telah melarikan diri, mereka hanya melihat U-202 berangkat pergi dalam kabut.

Penjaga pantai AS langsung melakukan pencarian singkat pagi itu. Mereka berhasil menemukan perbekalan Jerman yang terkubur di pasir, dan langsung melaporkannya ke FBI.

Direktur FBI, J Edgar Hoover memberlakukan pemadaman berita dan memulai perburuan besar-besaran. Sayangnya, anak buah Dasch telah mencapai New York City dan dengan mudah menghindari upaya FBI untuk menemukan mereka.

Pada 16 Juni 1942, tim Kerling mendarat di Florida tanpa insiden dan mulai bergerak untuk menyelesaikan misi mereka.

Pengkhianat dalam misi

Setelah sampai di New York, tim Dasch mengambil kamar di sebuah hotel dan membeli pakaian sipil tambahan.

Pada titik ini, Dasch, yang sadar bahwa Burger menghabiskan tujuh belas bulan di kamp konsentrasi Nazi karena mengkritisi Gestapo (Polisi Rahasia Nazi Jerman). Dia pun memanggil rekannya itu untuk pertemuan pribadi.

Dalam pertemuan itu, Dasch memberitahu Burger soal rasa tidak sukanya pada Nazi Jerman. Dia mengaku bermaksud mengkhianati Operasi Pastorius dengan melaporkan ke FBI. Namun sebelum rencana pengkhianatannya dimulai, dia ingin Burger mendukungnya.

Burger ternyata juga berencana menggagalkan operasi itu. Setelah mencapai kesepakatan, mereka memutuskan agar Dasch pergi ke Washington, sementara Burger tetap berada di New York untuk mengawasi Heinck dan Quirin.

Sesampainya di Washington, Dasch awalnya diabaikan oleh beberapa petugas karena dianggap penipu.

Ucapannya baru dianggap serius setelah menunjukkan 84.000 dollar AS (lebih dari Rp 1 miliar kurs saat ini) sebagai “bekal” operasi itu, di meja Asisten Direktur DM Ladd yang bertanggung jawab atas perburuan mata-mata.

Dasch kemudian menjalani interogasi dan ditanyai selama tiga belas jam, sementara sebuah tim di New York bergerak untuk menangkap anggota timnya yang lain.

Berharap dapat keringanan, Dasch bekerja sama dengan pihak berwenang AS. Tetapi tidak banyak informasi yang bisa diberikannya soal tim Kerling, selain rencana pertemuan di Cincinnati pada 4 Juli.

Dia juga memberikan daftar kontak Jerman di AS kepada FBI, yang ditulis dengan tinta tak terlihat pada saputangan yang diberikan kepadanya oleh Abwehr.

Memanfaatkan informasi ini, FBI melacak anak buah Kerling dan menahan mereka.

Hukuman Pengadilan Militer AS

Dengan gagalnya Operasi Pastorius, Dasch sebenarnya berharap mendapat pengampunan. Tetapi, dia malah diperlakukan sama seperti yang lain.

Direktur FBI ternyata tidak mempublikasikan soal bantuannya untuk menggagalkan operasi itu, dan malah mengambil mendapat pujian atas kinerjanya dari publik.

Terjepit, Dasch pun meminta tetap dipenjara bersama timnya agar mereka tidak tahu siapa yang mengkhianati misi tersebut.

Khawatir bahwa pengadilan sipil akan terlalu lunak, Presiden AS Franklin D Roosevelt memerintahkan agar delapan calon penyabotase itu diadili oleh pengadilan militer. Ini adalah yang pertama diadakan sejak pembunuhan Presiden AS Abraham Lincoln.

Meskipun pengacara mereka berusaha agar kasus tersebut dipindahkan ke pengadilan sipil, upaya mereka sia-sia.

Sidang dilanjutkan di Gedung Departemen Kehakiman AS di Washington. Kedelapannya dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati.

Namun, Presiden Roosevelt akhirnya tahu pihak FBI tidak menggagalkan operasi sendiri tapi karena ada orang yang berkhianat.

Presiden ke-32 AS itu tetap tidak mempublikasikan fakta itu secara terbuka kepada publik. Namun, dia memberi Dasch dan Burger keringanan hukuman, masing-masing 30 tahun penjara dan penjara seumur hidup.

Pada 1948, Presiden AS Harry Truman memberikan grasi kepada keduanya dan menyuruh mereka dideportasi ke Zona Amerika di Jerman yang diduduki. Sementara nasib enam calon pelaku sabotase itu, sudah dihukum mati dengan sengatan listrik di Penjara Distrik di Washington pada 8 Agustus 1942.

https://www.kompas.com/global/read/2021/09/03/043000070/kisah-misteri--operasi-pastorius-upaya-hitler-lancarkan-aksi-teror

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke