Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Nadia Nadim, Pemain Denmark Kelahiran Afghanistan yang Ayahnya Dibunuh Taliban

Pemain sepak bola Denmark ini adalah perempuan kelahiran Afghanistan, yang mengungsi ketika ayahnya dibunuh oleh pemberontak.

Nadia lahir di Herat, salah satu kota penting di sana, pada 2 Januari 1988, dengan sang ayah merupakan jenderal militer.

Di usia 11 tahun, dia mengalami situasi yang paling menentukan dalam hidupnya. "Ketika Taliban berkuasa, ayah saya dibunuh," kata dia.

Nadia Nadim, bersama dengan ibu dan empat saudaranya, tahu mereka tidak punya peluang hidup jika terus bertahan di Afghanistan.

Diwartakan WBAL, ibu Nadia menemui seorang yang bisa membantu mereka kabur, dan menjual seluruh harta untuk bisa membayarnya.

Berbekal paspor palsu, kelimanya pergi dari Afghanistan menuju Pakistan dan berusaha membuka jalan ke Eropa.

Nadia mengungkapkan, awalnya mereka merencanakan pergi ke Inggris, dan menemui kerabat mereka di London.

Di situsnya, Nadia menuliskan mereka berangkat ke Italia dari Pakistan, dan sesampainya di sana mereka dinaikkan ke truk.

Setelah beberapa hari dalam truk, mereka keluar dan mengira akan melihat Big Ben London. Ternyata yang mereka lihat adalah pepohonan.

"Kami menanyai salah satu pengguna jalan, dan menyadari bahwa kami diturunkan di Denmark," kata Nadia dikutip NDTV.

Menjadi pengungsi di negara Skandinavia bukanlah kondisi ideal. Namun di sanalah, Nadia melihat olahraga yang akan dicintainya, sepak bola.

Selama di kamp pengungsian, dia menyaksikan olahraga tersebut dimainkan, dan bagaimana anak perempuan ikut bermain.

"Seperti sihir. Permainan ini seolah menyelamatkan saya, yang kemudian hari membuat saya menjelajahi dunia," kata dia.

Dia memulai kariernya dengan bermain bersama klub lokal B52 Aalborg. Pada 2009, dia debut bersama tim nasional Denmark.

Sejak saat itu, dia mendapatkan reputasi sebagai salah satu penyerang terhebat di dunia, total mencetak 200 gol sepanjang kariernya.

Tidak hanya itu. Seperti diberitakan CNN, dia juga mempersiapkan diri untuk menjadi dokter bedah rekonstruksi.

Dia tercatat sebagai mahasiswi kedokteran di Universitas Aarhus, dan berencana menyelesaikan pendidikannya begitu pensiun dari sepak bola.

Ketika dia tidak sedang bermain, Nadia Nadim menyibukkan diri dengan kegiatan amal, baik untuk PBB maupun yayasan lainnya.

Proyek terbarunya adalah kolaborasi PSG dan KLABU, yayasan yang berniat membangun fasilitas olahraga di kamp pengungsian seluruh dunia.

https://www.kompas.com/global/read/2021/08/21/173441970/kisah-nadia-nadim-pemain-denmark-kelahiran-afghanistan-yang-ayahnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke