Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Singkat Tupperware, Wadah Bertutup Kedap Udara yang Awalnya Bikin Bingung Pembeli

Kompas.com - 11/04/2023, 17:06 WIB
Yuharrani Aisyah

Penulis

KOMPAS.com - Tupperware adalah merek kontainer atau wadah makanan dari Amerika Serikat yang kini terancam bangkrut.

Melansir berita Kompas.com yang ditayangkan pada Selasa (11/4/2023), sedang mengalami kesulitan operasional selama beberapa tahun terakhir.

Pasalnya, kas yang dimiliki perusahaan tidak cukup untuk mendukung biaya operasional.

Hal tersebut menyebabkan saham Tupperware anjlok sampai 50 persen pada perdagangan Senin (10/4/2023).

Walau diambang kebangkrutan, tidak dapat dipungkiri Tupperware merupakan kontainer makanan inovatif yang membantu mengurangi sampah makanan terutama sesudah masa Perang Dunia II.

Bagaimana awal kisah Tupperware yang sampai kini usianya berkisar 77 tahun? Simak sejarah singkat Tupperware di bawah ini.

Baca juga:

Pertama kali muncul setelah Perang Dunia II

Earl Tupper, pencipta Tupperware.DOK. TUPPERWARE.COM Earl Tupper, pencipta Tupperware.

Pencipta Tupperware bernama Earl Tupper, seorang pengusaha dari Massachusetts, Amerika Serikat.

Melansir situs resmi Tupperware, Earl Tupper terinspirasi membuat wadah dengan tutup kedap udara tak lama setelah era Depresi Besar (kelumpuhan ekonomi dunia pada akhir abad ke-20).

Ia menilai, wadah tersebut dapat menghemat pengeluaran karena dapat mengurangi sampah makanan. Hal ini bisa membantu keluarga yang terdampak perang.

Earl Tupper pun mengembangkan Tupperware pada 1946 lalu memperkenalkannya setelah Perang Dunia II, seperti dikutip dari History.com.

Tupperware party, Brownie Wise menjual Tupperware langsung kepada ibu rumah tangga.Archives Center at the National Museum of American History via Smithsonianmag.com Tupperware party, Brownie Wise menjual Tupperware langsung kepada ibu rumah tangga.

Wadah bertutup kedap udara yang membingungkan pembeli

Bentuk Tupperware tidak seperti peralatan plastik di dapur warga Amerika Serikat.

Awalnya, pembeli merasa waspada terhadap bahan Tupperware yang berbau tak sedap, seperti berminyak, dan terlihat murah.

Bahkan fitur utama Tupperware yaitu tutup kedap udara pun membuat bingung pembelinya. Mereka mengira bahwa tutup tersebut tidak pas dengan wadahnya. Bahkan, pembeli sampai mengembalikan Tupperware ke tokonya. 

Pasalnya, tutup kedap udara harus berbunyi "cetek" baru bisa menutup dengan sempurna.

Baca juga:

Mengandalkan penjualan langsung ke ibu rumah tangga

Awalnya, Tupperware menolak melakukan penjualan langsung kepada konsumen. Perusahaan ini lebih memilih penjualan langsung di toko atau melalui katalog.

Namun, bisnis Tupperware mulai tidak baik-baik saja pada akhir 1940-an karena jenis wadah plastiknya berbeda dari merek kebanyakan saat itu.

Brownie Wise, sales person yang bikin penjualan Tupperware melonjak.DOK. TUPPERWARE.COM Brownie Wise, sales person yang bikin penjualan Tupperware melonjak.

Tupper pun mempekerjakan Brownie Wise pada 1951. Ia adalah salah seorang pelayan di perusahaan produk pembersih Stanley Home.

Stanley Home memang mempunyai cara menjual produk langsung kepada ibu rumah tangga berjuluk "home party".

Wise yang sebelumnya sudah mempunyai bisnis penjualannya sendiri bernama "Partai Patio" pun berhasil menjual Tupperware langsung kepada ibu rumah tangga.

Bahkan, ibu rumah tangga tersebut ikut menjual Tupperware tentu dengan pelatihan dari Wise.

Bukan sekadar berjualan Tupperware, kumpulan ibu rumah tangga tersebut dapat dikatakan sebagai komunitas dan berkembang pesat.

Komunitas sekaligus ladang promosi itu pun lebih dikenal sebagai "Tupperware party".

Walau Wise tidak lagi bekerja di Tupperware sejak 1958 karena konflik dengan Tupper tetapi "Tupperware party" tetap berjalan.

Bahkan, Tupperware sampai mendunia dengan penjualan di hampir 100 negara. Target pasar terbesar Tupperware adalah Indonesia.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com