Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/12/2022, 09:04 WIB
Krisda Tiofani,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah makanan wajib ada dalam pernikahan adat Yogyakarta. Bukan hanya sebagai pelengkap, setiap sajian juga makna.

Pemerhati Kuliner Indonesia dan penulis buku kuliner, Prof Dr. Murdijati Gardjito menuturkan, makanan wajib ini terdiri dari satu set, mulai dari rangkaian midodareni hingga akad nikah.

Semuanya juga merupakan makanan hantaran, bukan suguhan yang ada dalam resepsi pernikahan.

Sebab menurut Murdijati, tidak ada pakem suguhan makan pada pernikahan adat Yogyakarta.

"Misalnya, selat solo kan itu yang kenal banget orang Solo, tetapi bukan berati orang Yogyajarta suguhannya gak bisa selat solo, suguhan tidak ada pakemannya, bebas saja," kata Murdijati saat dihubungi Kompas.com, Jumat (9/12/2022).

Selengkapnya, simak tujuh makanan wajib dalam pernikahan adat Yogyakarta beserta maknanya berikut ini.

1. Nasi midodareni

Midodareni merupakan salah satu rangkaian pernikahan adat Yogyakarta yang biasa dilakukan pada malam sebelum akad nikah.

Persis namanya, nasi midodareni akan disajikan dan disantap oleh calon pengantin perempuan pada malam midodareni tiba.

"Nasi midodareni itu nasi yang dibuat seperti nasi gurih dengan lalapan. Konon, midodaren itu turunnya pukul 12 malam," kata Murdijati.

Calon pengantin perempuan kemudian akan menyantap nasi midodareni bersama teman sebayanya yang datang untuk menemani malam terakhir masa lajangnya.

Baca juga:

2. Pisang raja

Ilustrasi pisang raja untuk hantaran atau disebut pisang sanggan. SHUTTERSTOCK/ Widya Amrin Ilustrasi pisang raja untuk hantaran atau disebut pisang sanggan.

Pisang raja merupakan salah satu jenis pisang paling manis dan dijadikan hantaran dalam pernikahan adat Yogyakarata.

Setangkep atau sesisir pisang raja akan dikemas khusus dan diberikan oleh keluarga calon pengantin pria pada calon pengantin perempuan.

"Pisang raja sepangkep itu menggambarkan gerak sepasang tangan menghadap ke atas. Artinya, memohon keselamatan dan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa," ujar Murdijati.

Permohonan tersebut berisi doa supaya acara pernikahan berlangsung dengan baik dan lancar.

3. Tumpeng robyong

Tumpeng robyong merupakan salah satu jenis tumpeng yang wajib hadir dalam pernikahan adat Yogyakarta.

Murdijati mengatakan, tumpeng robyong berarti bahwa pemangku hajat mampu menyelanggarakan pertemuan antar keluarga yang juga didukung oleh sanak saudara.

Jenis tumpeng ini terdiri dari nasi dan banyak sayuran, seperti kangkung, bayam, dan kacang panjang.

Baca juga:

4. Tumpeng gundul

Sama halnya dengan tumpeng robyong, tumpeng gundul juga wajib ada dan memiliki arti tersendiri.

Tumpeng gundul melambangkan niat suci dari orang tua yang mencintai dan ingin melepas anak perempuannya ke dalam rumah tangga.

"Tidak ada maksud lain, kecuali niat suci menjadikan mereka keluarga sakinah mawaddah warohmah," kata Murdijati.

5. Tumpeng urubing damar

Tumpeng urubing damar merupakan simbol dari sebuah harapan bahwa kedua mempelai dapat menjadi keluarga baru yang damai.

Selain itu, jenis tumpeng ini juga menyimbolkan harapan pada pengantin untuk bisa memberi petunjuk, baik bagi teman maupun saudaranya, sehingga hidupnya menjadi tenang dalam menggapai cita-cita.

 

6. Jajan pasar dan aneka buah

 ilustrasi jajan pasar yang sudah dikemas rapi.SHUTTERSTOCK/Bakhtiar Rakhman ilustrasi jajan pasar yang sudah dikemas rapi.

Murdijati tidak menyebutkan jenis jajan pasar yang wajib hadir dalam pernikahan adat Yogyakarta.

Namun, dirinya mengatakan bahwa beragam jajan pasar tersebut harus disajikan rapi dan dibagikan menjadi suguhan bagi para tamu.

Jajan pasarnya bisa berupa apa saja yang ditemukan di pasar tradisional waktu pembelian di pagi hari saat pernikahan berlangsung.

"Syarat yang dianggap mempunyai atau menimbulkan kebaikan, keselamatan, serta nanti ketularan lebih cepat dapat jodoh dan sebagainya kalau belum nikah," jelas dia.

Sama halnya dengan jajan pasar, demikian juga dengan buah-buahan dalam pernikahan.

Buah yang ditata rapi akan menyimbolkan kehidupan yang bahagia dan menyenangkan, sesuai harapan kedua pengantin.

Baca juga:

7. Aneka jenang

Ilustrasi jenang gempol khas Yogyakarta. SHUTTERSTOCK/SATAB GNANA Ilustrasi jenang gempol khas Yogyakarta.

Terakhir, makanan wajib dalam pernikahan adat Yogyakarta adalah aneka jenang atau bubur kental.

Ada tujuh jenang yang memiliki filosofi berbeda, seperti jenang merah putih yang melambangkan ingatan akan kedua orang tua dan Maha Kuasa.

Kemudian, ada juga jenang pliringan yang bagian tengahnya berwarna merah, pinggirnya putih, atau sebaliknya.

"Ada juga jenang palang, itu artinya saling melindungi satu sama lain, pasangan baru saling membantu dan menghomati," kata Murdijati.

Murdijati melanjutkan, jenang palang juga mencerminkan bahwa segala sesuatu tidak mudah dicapai. Harus diupayakan agar bisa terwujud.

Selain itu, ada juga jenang baro-baro yang merupakan bubur putih diberikan parutan kelapa dan gula jawa sisir.

"Menunjukkan bahwa ketiga macam itu kalau dimakan sendiri dan dimakan bersama dalam berbagai komposisi, bisa merasakan macam-macam hal," kata Murdijati.

"Ibaratnya dalam kehidupan nanti tidak selalu menjumpai hal senang, ada yang setengah sedih setengah senang, ada juga luar biasa senang," pungkasnya.

Baca juga:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com