Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makna Lapis Legit Saat Imlek, Bolu Mahal yang Lambangkan Keberuntungan

Kompas.com - 22/01/2022, 18:36 WIB
Krisda Tiofani,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perayaan tahun baru China atau Imlek yang jatuh pada 1 Februari 2022 biasanya akan diramaikan dengan beragam sajian menarik. Salah satunya adalah lapis legit.

Guru Besar Studi China Universitas Indonesia Hermina Sutami mengatakan, lapis legit memiliki makna yang melambangkan kehidupan maju dan meninggi.

"Ada yg bilang, kita hidup ini banyak undakannya, maju dan meninggi. Makin tinggi yang diharapkan, makin baik," kata Hermina saat dihubungi Kompas.com, Selasa (18/1/2022).

Hal serupa juga disampaikan oleh Tony Soekanto, pemilik Lapislapis. Menurutnya, lapis legit melambangkan keberuntungan dan kemakmuran yang berlapis-lapis.

"Maka dengan memberikan lapis legit kepada keluarga, teman, atau rekan kerja, seperti mendoakan untuk selalu diberikan keberuntungan dan banyak rejeki sepanjang tahunnya," ujar Tony kepada Kompas.com, Sabtu (22/1/2022).

"Kalau di Tionghoa sih maknanya kita makan bolu berlipat-lipat, bersusun-susun, jadi maknanya rejeki bertumpuk, berlimpah. Itu artinya lapis legit," tutur Liena Gusman, pemilik toko Lapis Legit Happy, saat ditanya hal serupa oleh Kompas.com, Rabu (19/1/2022).

Tony menuturkan, makna tersebut mencerminkan proses pembuatan lapis legit yang membutuhkan kesabaran lebih.

"Proses pembuatan lapis legit ini sangat membutuhkan ketekunan dan kesabaran, yang juga melambangkan perjalanan hidup setiap manusia," jelas Tony.

Baca juga:

Tidak semua orang China makan lapis legit saat Imlek

Hermina mengatakan, sebenarnya tidak ada cerita atau sejarah khusus dari kemunculan lapis legit pada perayaan Imlek.

Menurut Hermina, arti lapis legit baru dicari dan ditemukan setelah kudapan tersebut ada, serta umum dihidangkan sebagai sajian altar.

"Karena berlapis-lapis maka dicarilah maknanya. Itu kue yang memang umum jadi sajian Imlek untuk diletakkan di meja altar karena dianggap kue mahal, beda dengan kue jajanan pasar," kata Hermina.

Makna lapis legit tersebut sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Hermina memperkirakan, arti sajian ini sudah ada sejak zaman buyutnya, sekitar 160 tahun.

Namun, keberadaannya tidak selalu ditemukan pada perayaan Imlek oleh seluruh orang China di dunia.

Hermina menyampaikan, lapis legit kebanyak dikenal luas dan disajikan hanya oleh orang China Nusantara.

"Mungkin para orang Indonesia saja yang berasal dari Nusantara yang melestarikannya di Belanda, seperti pada pasar Tong Tong di Den Haag setiap tahun itu," ujarnya.

Baca juga:

Lapis legit original Swancakery Jakarta yang mengalami peningkatan jual pada Imlek 2022.DOK. Swancakery Jakarta Lapis legit original Swancakery Jakarta yang mengalami peningkatan jual pada Imlek 2022.

Resep rahasia keluarga

Lebih lanjut, Hermina menuturkan bahwa lapis legit termasuk sajian mahal yang dibuat menggunakan resep rahasia keluarga.

Setidaknya, menurut Hermina, satu loyang lapis legit berukuran 20 sentimeter yang dibuat dengan bahan roombotter, dijual seharga Rp 500.000.

"Katanya itu bolu orang China peranakan, bukan kelas rendah karena memanggangnya saja perlu waktu tiga jam, pakai arang pula, mengocoknya telurnya pun lama," ucap Hermina.

"Jadi hanya orang-orang mampu saja yang bisa bikin. Kan zaman dulu gak ada yang jual, harus bikin sendiri. Nah, takarannya itu juga menjadi rahasia resep keluarga. Itu zaman dahulu, sekitar 100-150 tahun lalu," tambahnya.

Bumbu tradisional yang umum digunakan untuk membuat lapis adalah spekkoek. Bumbu ini memiliki arti tersendiri. 

"Spekkoek, spek itu berlapis, koek itu artinya kue. Nama Belanda karena itu lapis legit atau spekkoek itu adalah bolu peranakan kelas sosial menengah ke atas," jelas Hermina.

Spekkoek kemudian dicampur dengan roombotter yang didapat dari pengaruh Belanda, serta bumbu rempah dari pengaruh Nusantara.

"Ini kita bicara dalam masa tradisional," kata Hermina.

Hermina menegaskan bahwa bumbu tersebut umum dipakai oleh peranakan China di Palembang, seperti dirinya.

"Peranakan Jawa, Sunda, mungkin bumbunya berbeda. Saya kurang tahu," ujar Hermina.

Baca juga:

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Foodplace (@my.foodplace)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com