Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/08/2021, 16:43 WIB
Maria Bella Evangelica Kapojos,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Donat yang identik sebagai salah satu camilan manis kegemaran masyarakat ternyata memiliki asal-usul yang beragam.

Donat yang menjadi kegemaran masyarakat ini, memiliki cerita yang cukup panjang sampai akhirnya kini menjadi populer di masyarakat.

Donat yang semakin populer di masyarakat, tidak hanya diproduksi oleh satu perusahaan saja, tetapi banyak perusahaan sehingga menghasilkan berbagai merek.

Baca juga:

Awal kehadiran donat

Melansir dari Smithsonian, donat yang asli pertama kali datang ke Manhattan tetapi tidak sama sekali menggugah selera orang karena hanya sebatas "kue berminyak".

Ada kisah yang menyebutkan pada abad pertengahan ke-19, Elizabeth Gregory (Ibu kapten kapal New England) membuat sebuah kue.

Kue tersebut terbuat dari pala, kayu manis, dan kulit lemon untuk diberikan kepada anaknya dan kru saat perjalanan panjang agar mereka terhindar dari sakit saat perjalanan.

Dia menaruh hazelnut atau kenari di tengah kue tersebut dan secara harfiah disebut donat.

Dilansir dari The Spruce Eats, awalnya donat ini hanya bola-bola kue yang digoreng dengan lemak babi sampai berwarna coklat keemasan.

Akibat bagian tengah kue tidak matang secepat bagian luarnya, ditemukan solusi yaitu mengisi dengan isian yang tidak perlu dimasak seperti buah, kacang, atau yang lain.

Kudapan dan minuman manis memiliki efek adiktif.Unplash/Rod Long Kudapan dan minuman manis memiliki efek adiktif.

Pertama kali lubang donat ditemukan

Gregory membuat lubang di tengah bola adonan sebelum menggoreng. Sehingga keseluruhan adonan donat bisa matang sempurna. Tidak ada bagian tengah yang susah matang.

Namun, ini mendapat banyak tanggapan yang berbeda-beda.

Ada yang menilai hal tersebut untuk menjaga bahan, ada juga yang berpikir lubang dapat membuat keseluruhan donat lebih mudah dicerna.

Hal ini membuat donat dengan lubang di tengah pertama kali ditemukan oleh Gregory.

Baca juga:

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com