KOMPAS.com – Di tahun 2020, tingkat konsumsi padi-padian (serealia) masyarakat Indonesia masih sangat tinggi, yakni lebih dari 60 persen.
Data tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Dr. Ir. Agung Hendriadi, M. Eng. dalam acara Webinar Diversifikasi Pangan Lokal Seri 2: Gaya Hidup Sehat, Kekinian dengan Pangan Lokal pada Rabu (23/6/2021).
“Sehingga kalau kita gambarkan dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) tahun 2020 itu hanya 86,3. Sementara idealnya itu 100,” ujar Agung.
Baca juga: Kementerian Pertanian Inisiasi Gerakan Konsumsi Pangan Lokal di Perhotelan
Dalam skor PPH 100 tersebut, Agung menargetkan adanya penurunan untuk tingkat konsumsi serealia atau beras padi. Dari awalnya 60 persen, menjadi 50 persen.
Dengan begitu, konsumsi syuran, buah, pangan hewani, kacang-kacangan, dan tentu saja umbi-umbian bisa meningkat.
Cara mencapai target PPH tersebut, diversifikasi pangan lokal menjadi salah satu jawabannya.
Menurut Agung, dalam lima tahun terakhir ini ada dua hal yang berusaha diimplementasikan oleh pemerintah untuk menggiatkan diversifikasi pangan lokal.
Hal pertama adalah pengembangan diversifikasi pangan lokal sumber karbohidrat non-beras.
Lalu hal kedua adalah Pekarangan Pangan Lestari (P2L) untuk membudidayakan pangan lokal non-karbohidrat yang bermanfaat bagi kesehatan.
“Di sini intinya adalah kita mendiversifikasi tujuannya menciptakan manusia atau individu yang sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan,” imbuh Agung.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.