Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/05/2021, 20:36 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

 

Tradisi ngejot di Bali

Kemudian di Bali ada tradisi Ngejot, yakni memberi makanan dan minuman kepada tetangga yang sudah membudaya bagi umat Islam di Bali menjelang hari raya Idul Fitri.

Tradisi Ngejot ini telah dilakukan sejak zaman dahulu bagi umat Islam oleh para leluhurnya.

Ngejot dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada sesama saudara dalam memupuk kebersamaan yang dikenal dengan nama ‘menyambraya’.

“(Tradisi Ngejot) jadi simbol kerukunan antarumat beragama sehingga tetap mesra dan harmonis, serta pembelajaran kepada anak-anak di usia dini untuk selalu meningkatkan pemahaman tentang kerukunan umat beragama sebagai bentuk penerapan dari Bhinneka Tunggal Ika,” tutur Wira.

Baca juga: Sejarah Ayam Betutu Khas Bali, Dipengaruhi Budaya Majapahit

Deretan Parcel yang dijual di kawasan Cikini, Jakarta (28/6).Achmad Fauzi Deretan Parcel yang dijual di kawasan Cikini, Jakarta (28/6).

Tradisi ater-ater di Jawa

Sementara di masyarakat Jawa, tradisi berbagi ini bisa dirunut hingga masa Jawa Kuno. Sejak abad ke-IX telah dikenal istilah ‘ater-ater’ yang terbukti dengan penyebutannya dalam kakawin Ramayana, Sutasoma.

Istilah ini kemudian seringkali dikombinasikan dengan kata ‘panganan (pasugatan, bojana)’ dan menjadi ‘ater-ater panganan’.

Istilah tersebut merujuk pada aktivitas mengantarkan atau membawa makanan dari seseorang atau suatu keluarga ke orang atau keluarga lainnya pada waktu khusus dengan maksud tertentu.

Baca juga: Hindari 3 Kesalahan Ini Saat Masak Opor Ayam buat Sajian Lebaran

beberapa sajian yang terdapat dalam salah satu paket hamper dari Gemini's Sweet and Treats yang berbasis di YogyakartaDok. Instagram @geminis_sweetandtreats beberapa sajian yang terdapat dalam salah satu paket hamper dari Gemini's Sweet and Treats yang berbasis di Yogyakarta

“Di lingkungan masyarakat Jawa, ‘ater-ater panganan’ telah dilakukan sejak lama, lintas generasi, sehingga cukup alasan untuk menyatakannya sebagai telah mentradisi,” pungkas Wira.

Jika dulu masyarakat cenderung membagikan bingkisan dalam bentuk makanan yang siap saji atau siap makan, kini terjadi pergeseran bentuk bingkisan.

Diperkirakan karena alasan kepraktisan, masyarakat kini lebih banyak mengirimkan bingkisan berupa bungkusan camilan seperti kue kering, camilan kemasan, dan biskuit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com