Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/04/2021, 16:04 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Bisnis kue kering rumahan menarik untuk dilirik khususnya memasuki Ramadhan. Banyak orang yang mempersiapkan kue kering spesial untuk disajikan pada para tamu saat Lebaran.

Hal tersebut jadi salah satu alasan Eny Kurniawati terjun ke bisnis kue kering ini sejak 2015. Ia memberanikan diri memulai bisnis kue kering bernama Enaz Cookies yang berbasis di Yogyakarta.

Baca juga: 5 Skill yang Harus Dimiiki untuk Bangun Bisnis Kuliner

“Awalnya untuk konsumsi sendiri, terus kasih teman. Mereka coba eh pada bilang enak, pada minta dibuatkan. Dari satu-dua orang akhirnya menyebar,” kata Eny ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (20/4/2021).

Semakin lama banyak kerabat dan relasinya yang meminta dibuatkan kue. Melihat peluang bisnis di sana, ia pun memutuskan untuk menekuninya dengan serius melalui bisnis Enaz Cookies.

Baca juga: Tips Mulai Usaha Kue Kering, Tak Perlu Modal Besar

Kue kering dari Enaz CookiesDok. Instagram @enazcookies Kue kering dari Enaz Cookies

Modal dan keuntungan bisnis kue kering Lebaran

Untuk modal awalnya, Eny mengaku tak mengeluarkan banyak uang.

Ia hanya membeli satu buah oven gas dengan harga sekitar Rp 3 juta. Ditambah mixer rumahan ukuran kecil sekitar Rp 300.000, dan bahan kue sekitar Rp 2 juta.

Dengan total modal sekitar Rp 5 juta tersebut ia membuka pemesanan untuk sekitar 100 stoples. Dibantu dua asisten tambahan, Eny memulai bisnisnya.

Di tahun pertama, ia mengaku keuntungannya tidak banyak. Salah satunya karena ia tak menetapkan keuntungan yang besar dari setiap toples kue keringnya.

“Kita soalnya segmen pasarnya bukan kelas atas ya, hanya kelas menengah ke bawah. Kita jualnya enggak terlalu mahal. Paling per stoples itu (ambil untung) Rp 10.000. Jadi mungkin ketika itu cuman Rp 1 juta untungnya untuk 100 toples,” papar Eny.

Baca juga: 5 Hal yang Diperlukan Pengusaha Kuliner untuk Tarik Investor

 

 

Ilustrasi proses membuat nastar. Selai nanas yang sudah dipulung dimasukkan ke adonan nastar. SHUTTERSTOCK/BAMBANG HIDAYAT82 Ilustrasi proses membuat nastar. Selai nanas yang sudah dipulung dimasukkan ke adonan nastar.

Pola pengambilan untung dengan jumlah sedikit hingga kini masih dipertahankan Eny.

Dengan harga satu stoples kue kering miliknya berkisar antara Rp 40.000 – Rp 65.000, ia hanya mengambil untung sekitar 30 persen.

Perlahan tetapi pasti, Eny bisa mendapatkan peningkatan omzet setiap tahunnya.

Ia sendiri berjualan kue kering setiap Ramadhan saja, alias satu kali setiap tahunnya. Sementara di luar bulan Ramadhan, ia biasanya berjualan aneka cake.

Pada 2021, Eny sudah bisa melayani pemesanan hingga 700 stoples. Setiap hari ia bisa memproduksi 40-45 stoples. Tahun ini ia menawarkan 11 jenis kue kering.

Peningkatan kemampuan produksi karena Eny telah menambah jumlah asisten menjadi empat orang dan juga penggunaan alat yang lebih canggih.

Tahun ini ia menggunakan dua oven deck dan mixer ukuran besar yang bisa mencampur adonan dalam jumlah banyak. Omzetnya mencapai Rp 7 juta untuk Ramadhan tahun ini.

Baca juga: 10 Tips Membuat Nastar dan Kue Kering Lain Pakai Oven Anti Gagal

Kue kering klasik merupakan salah satu camilan yang bisa diolah menggunakan bahan susu kental manis. Topping cokelat yang ada di bagian atas akan semakin menambah kenikmatan kue kering klasik.DOK. SHUTTERSTOCK Kue kering klasik merupakan salah satu camilan yang bisa diolah menggunakan bahan susu kental manis. Topping cokelat yang ada di bagian atas akan semakin menambah kenikmatan kue kering klasik.

Pengaruh target pasar pada bisnis kue kering

Pola pengambilan untung dalam jumlah sedikit ini Eny lakukan agar kuenya tetap terjangkau oleh target pasarnya.

Ia memang menyasar khususnya kalangan kelas menengah ke bawah karena lingkungan di sekitarnya didominasi kalangan tersebut.

Walaupun begitu, ia juga bisa melayani beberapa permintaan kue kering premium untuk kalangan kelas atas.

Baca juga: Bikin Kue Kering Lebaran, Lebih Enak Pakai Mentega atau Margarin?

 

Menurut Eny, omzet penjualan kue kering premium untuk kalangan kelas atas relatif lebih besar daripada kue kering untuk kalangan kelas menengah ke bawah.

“Kalau untuk kalangan kelas atas itu bisa (ambil untung) 100 persen. Kebanyakan kue kering premium jualnya bisa Rp 100.000. Padahal selisih dengan bahan yang kita gunakan enggak banyak,” jelas Eny.

Aneka kue kering.DOK. SHUTTERSTOCK Aneka kue kering.

Perbedaan antara kue kering biasa dan premium biasanya terletak pada penggunaan bahan, khususnyabutter.

Untuk kelas menengah, Eny biasa menggunakan campuran butter dengan harga Rp 200.000 – Rp 400.000.

Sementara untuk kue premium kelas atas akan menggunakan jenis wijsman yang harga per kalengnya mencapai Rp 500.000.

Jika lebih banyak bermain di kue kering premium untuk kalangan kelas atas, ia tak memungkiri balik modalnya bisa jauh lebih cepat.

Namun, karena menyasar pasar kalangan kelas menengah ke bawah, saat itu Eny baru bisa balik modal setelah dua kali Lebaran alias dua tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com